Jumat, 24 Oktober 2008

Proses Lahir Kembar Siam

Keadaan anak kembar dimana tubuh keduanya bersatu atau dempet dikenal sebagai kembar siam. Dempetnya bagian tubuh keduanya dapat terjadi di kepala, dada, tubuh bagian belakang, atau pada beberapa kasus kembar siam memiliki organ-organ vital seperti jantung yang ganjil. Kejadian kembar siam diperkirakan terjadi di antara 200.000 kelahiran. Kembar siam terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Peluang hidup bayi kembar siam berkisar antara 5% dan 25%. Munculnya kembar siam sebanyak 75% terjadi pada bayi perempuan. Fenomena kembar siam ternyata juga terjadi pada buah pisang. Adakah kesamaan antara kembar siam manusia dengan “kembar siam” pisang?

Istilah kembar siam berawal dari pasangan kembar siam terkenal Chang dan Eng Bunker (1811-1874) yang lahir di Siam (sekarang Thailand). Kasus kembar siam tertua yang tercatat adalah Mary dan Eliza Chulkhurst, terlahir pada tahun 1100-an di Inggris.

Banyak faktor ditengarai sebagai penyebab munculnya kasus kembar siam, selain tentunya faktor genetik, misalnya obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur yang dihasilkan dapat matang secara sempurna. Alasannya, jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur, maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak, bahkan sampai lima dan enam.

Di Indonesia kejadian kembar siam pertama kali ditemukan di Riau pada tahun 1987 yang juga menjadi tonggak sejarah bagi dunia kedokteran Indonesia karena keduanya, Yuliana dan Yuliani, yang dempet di kepala ubun-ubun berhasil dipisahkan di tanah air. Menyusul setelah itu 12 kembar siam di Indonesia, namun tidak semuanya berakhir bahagia seperti Yuliana dan Yuliani. Banyak diantaranya yang harus berujung duka. Sebagian orang tua bayi kembar malah ada yang menghabiskan banyak biaya untuk mengoperasi anak-anak kesayangannya. Lantas bagaimana nasib buah pisang “yang terlahir kembar siam”

Selasa, 21 Oktober 2008

Genetika


Kurang lebih 60 persen gen ayam serupa dengan gen manusia
( Sumber: http://www.beritabumi.or.id)

Para ilmuwan menemukan kurang lebih 60 persen gen ayam serupa dengan gen manusia. Gen ayam yang terlibat dalam struktur dasar sel dan fungsi menunjukkan kesamaan sekuens dengan gen manusia dibandingkan gen yang bertanggung jawab dalam reproduksi, reaksi imunitas, dan adaptasi pada lingkungan.

Hasil analisis para ilmuwan yang tergabung di International Chicken Genome Sequencing Consortium dilaporkan dalam Jurnal Nature edisi tanggal 9 Desember 2004.
Mereka melaporkan genome ayam mengandung lebih sedikit DNA dibandingkan genome manusia tetapi kurang lebih sama jumlah gennya.

Para ilmuwan memperkirakan ayam memiliki 20.000-23.000 gen dalam satu miliar pasangan basa DNA, bandingkan dengan manusia memiliki 20.000-25.000 gen dalam 2,8 miliar pasangan basa DNA. Hasil analisis juga menunjukkan gen-gen yang terkonservasi antara manusia dan ayam juga terkonservasi pada ikan. Misalnya, 72 persen gen pasangan yang berhubungan pada manusia dan ayam juga ada pada ikan puffer (Takifugu rubripes). Menurut para peneliti gen-gen ini nampaknya ada pada kebanyakan mahluk bertulang belakang.

“ Genome ayam dan mahluk hidup lainnya yang berbeda jauh dari kita telah memberikan piranti luar biasa untuk memecahkan proses biologi kunci yang telah terkonservasi berabad-abad lamanya,” kata salah satu penulis laporan Dr Richard Wilson, dari Washington University School of Medicine, St Louis. Hasil analisis itu penting untuk menjelaskan perbedaan antara burung dan mamalia.

Para ahli menganalis sekuens gen dari ayam hutan merah atau Red Jungle Fowl (Gallus gallus) yang menjadi nenek moyang ayam peliharaan manusia sekarang ini.
Ayam adalah jenis burung pertama, termasuk juga binatang ternak pertama, yang disekuens dan dianalisis genome-nya. Para ahli menganalisis genome ayam dan membandingkannya dengan genome mahluk hidup lainnya yang sudah pernah dianalisis, antara lain manusia, tikus, dan ikan puffer beracun.
“ Genome ayam bisa mengisi kekosongan pengetahuan penting. Ayam berada di posisi penting antara mamalia dan ikan dalam pohon kehidupan untuk memberikan pandangan baru mengenai evolusi genome dan biologi manusia,” kata dr Francis S Collins, PhD, Direktur National Human Genome Research Institute (NHGRI), lembaga yang memberikan dana untuk penelitian genome ayam.
“ Dengan membandingkan genome sejumlah binatang, kami bisa memahami lebih baik struktur dan fungsi gen manusia dan, terutama, mengembangkan strategi baru untuk memperbaiki kesehatan manusia,” lanjut Collins, seperti dikutip dalam siaran pers NHGRI 8 Desember 2004.
Seperti semua burung, ayam diperkirakan berasal dari dinosaurus pada periode zaman Mesozoic dan telah berevolusi terpisah dari mamalia selama kurang lebih 310 juta tahun.
Ayam pertama kali dipelihara manusia di Asia, mungkin awal tahun 8000 Sebelum Masehi.
Menurut para ahli ayam telah mengembangkan keluarga gen untuk menghasilkan jenis protein keratin yang digunakan memproduksi sisik, cakar, dan bulu, sedangkan genome mamalia lebih banyak mengandung gen yang memerintah pembentukan jenis keratin berbeda untuk membentuk rambut.
Demikian juga, ayam tidak memiliki gen yang memproduksi protein susu, gigi, dan mendeteksi senyawa hormonal yang disebut feromon, menurut para peneliti, mungkin cermin dari evolusi dari kelenjar susu dan hidung pada mamalia, dan hilangnya gigi pada burung.

Yang mengejutkan mereka, ada sekelompok gen yang bertugas mengkode protein penerima bau-bauan berkembang sedemikian baik pada genome ayam. Temuan ini berlawanan dengan pandangan bahwa jenis burung memiliki penciuman yang buruk. Jika dibandingkan dengan mamalia, burung memiliki lebih sedikit keluarga gen yang bertanggung jawab untuk penerima rasa pengecap, terutama pengecap rasa pahit.

Temuan menarik lainnya, gen ayam yang mengkode protein cangkang telur, seperti ovocleidin-116, juga dimiliki mamalia yang berperan dalam calsifikasi tulang. Ayam memiliki gen yang mengkode interleukin-26 (IL-26), sejenis protein terkait dengan respon kekebalan. Sebelumnya, para ahli hanya tahu gen terkait dengan kekebalan ini hanya ada pada manusia. Temuan ini bermakna ayam sekarang bisa menjadi mahluk hidup model untuk penelitian fungsi IL-26.
Ayam memiliki gen yang mengkode enzim tertentu terkait dengan cahaya, sedangkan mamalia tidak memiliki gen-gen itu.
Ayam memiliki gen-gen yang mengkode enzim untuk membentuk pigmen berwarna biru, sedangkan mamalia tidak memiliki gen seperti itu.

Senin, 20 Oktober 2008

TOXOPLASMOSIS PENYAKIT ZOONOSIS YANG PERLU DIWASPADAI OLEH IBU HAMIL

TOXOPLASMOSIS PENYAKIT ZOONOSIS YANG PERLU DIWASPADAI OLEH IBU HAMIL

TOXOPLASMOSIS PENYAKIT ZOONOSIS YANG PERLU DIWASPADAI OLEH IBU HAMIL


PENDAHULUAN

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang

dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

Dewasa ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya diharapkan lebih mudah dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis. Dengan jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang disebabkan oleh penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

KEJADIAN TOXOPLASMOSIS

Toxopasmosis adalah penyakit zoonosis yang secara alam dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya hingga setiap hewan mmlperlihatkan gejala toxoplasmosis. Sebagai contoh adalah survei yang telah diadakan di Amerika Serikat. Data positif didasarkan kepada penemuan serodiagnostik dari beberapa hewan peliharaan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

©2003 Digitized by USU digital library 1

Tabel 1: Data Positif didasarkan penemuan serodiagnostik

No.

Hewan yang terinfeksi

Persentase

1.

Anjing

59%

2.

Kucing

34%

3.

Babi

30%

4.

Sapi

47%

5.

Kambing

48%


Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan, biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.

ETIOLOGI PENYAKIT TOXOPLASMOSIS

Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.

Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.

Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.

Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.

Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.

©2003 Digitized by USU digital library 2

SIKLUS HIDUP DAN MORPOLOGI TOXOPLASMOSIS.

Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan

Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.

Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi aan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan clikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halos kucing tersebut.

CARA PENULARAN TOXOPLASMOSIS

Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena infeksi toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung ookista dan yang dimasak kurang matang. Kemungkinan ke dua adalah melalui hewan peliharaan. Hal ini terbutki bahwa di negara Eropa yang banyak memelihara hewan peliharaan yang suka makan daging mentah mempunyai frekuensi toxoplasmosis lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Dapatlah dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Table 2. Frekuensi toxoplasmosis pada penduduk dari berbagai negara.

No.

Tempat

Frekuensi

Peneliti

Tahun

1.

Taiwan

1,97%

Dufee

1975

2.

Hongkong

6,20%

Ludlam

1969

3.

Jepang

16,5%

Suzuki

1971

4.

Singapura

17,2%

Singh

1968

©2003 Digitized by USU digital library 3

Table 3. Frekuensi toxoplasmosis pada hewan

No.

Tempat

Jenis Hewan

Frekuensi

Peneliti

1.

Jakarta

-Babi

-Kucing

-Anjing

28%

77,7%

75,6%

Koesharyono

Gandahusada

2.

Kalsel

-Kambing

-Kucing

61%

41%

Dufee

3.

Taiwan

-Babi

-Kucing

30,5%

27,7%

Dufee

4.

Hongkong

-Babi

-Anjing

71%

29,4%

Ludlam

Chabra


Table 4. Frekuensi toxoplasmosis pada penduduk di berbagai Daerah di Indonesia

No.

Tempat

Frekuensi

Peneliti

Tahun

1.

Kalimantan Barat

3%

Cross

1976

2.

Sulawesi tenggara

8%

Clark

1973

3.

Sulawesi Utara

8%

-

-

4.

Sumatera Utara

9%

Cross

1975

5.

Surabaya

9%

Yamamoto

1970

6.

Jawa Tengah

10%

Cross

1975

7.

Jawa Barat

20%

-

1973

8.

Kalimantan Selatan

31%

-

-

9.

Ujung Pandang

60%

Rasiyanto

1976


Pada Tabel 3 dan 4 dapat kita lihat perbedaan persentase yang sangat berbeda mungkin ini disebabkan karena perbedaan metoda pemeriksaan yang dipakai. Kucing sebagai hospes definitif dan binatang lain sebagai hospes perantara seperti babi, karnbing, anjing juga mempunyai frekuensi penyakit toxoplasmosis yang cukup tinggi pada berbagai tempat di dunia.

TOXOPLASMOSIS PADA ANJING.

Toxoplasmosis pada anjing pertama kali ditemukan oleh Mello pada tahun 1910. Sekarang banyak anjing-anjing di Eropa clan Amirika mengandung bahan-bahan penangkis terhadap penyakit ini dalam darahnya belum memberikan garnbaran prevalensi kejadian toxoplasmosis pada anjing dalam suatu daerah. Gejala klinis penyakit ini tidak tersifat, dokter hewan mengenal penyakit yang gejala klinisnya sama dengan toxoplasmosis sehingga sukar membedakannya kecuali dengan cara pemeriksaan secara miskroskopiss dan serologik. Bila hal ini positif, maka baru bisa di simpulkan bahwa anjing tersebut menderita toxoplasmosis.

Untuk pemeriksaan dapat dipergunakan liquorcerebrospinalis dan biopsi kelenjar-kelenjar. Parasit ini hanya sesekali dapat diasingkan dari darah, liur dan tinja. Pada hewan yang mati karena penyakit ini umumnya tidak sulit untuk menemukan parasit yakni dengan pemeriksaan mikroskopik langsung ataupun dengan sunltikan langsung pada hewan-hewan percobaan.

Bila infeksi dengan toxoplasmosis menyebabkan gejala-gejala klinis pada anjing atau hewan-hewan lain maka biasanya parasit-parasit itu menyerang susunan syaraf pusat, paru-paru atau alat digesti. Kadang-kadang parasit ini masuk ke dalam mata. Perubahan-perubahan otak, dan abortus yang dilukiskan pada toxoplasmosis pada manusia sedangkan pada anjing dan hewan lainnya jarang dijumpai.

©2003 Digitized by USU digital library 4

Gejala-gejala otak terlihat sebagai depresi, paraplegia atau epilepsi, jadi sangat menyerupai gangguan-gangguan otak disebabkan oleh kausa lain, antara lain seperti penyakit distemper pada anjing. Umumnya pneumoni atau diare yang ditimbulkan oleh parasit yang bersifat menahun dan selang-seling tidak dapat dipengaruhi oleh obat-obatan. Diantara anjing yang diserang penyakit ini kira-kira 47% memperlihatkan gejala-gejala paru-paru, 31% gejala-gejala digesti dan 21% gejala-gejala syaraf.

Perubahan postmortal pada anjing, yang paling sering terlihat ialah pnewnoni.

Radang paru-paru ini yang disertai dengan odema, meluas secara lobuler hingga lobar. Umlunnya bersifat kataral dan jarang bersifat kataral berfibrin. Secara mikroskopis dapat terlihat sarang-sarang nekrosa pada paru-paru dan hati maka dapat disimpulkan penyakit ini sudah berlangsung lama. Cairan dalam rongga dada dan rongga perikard bertambah. Di dalam lambung dan usus terjadi gastro enteritis, yang bersifat kataral dan adanya tukak-tukak pada mukosa. Kelenjar limpa sekali-kali membengkak basah dan merah karena kongesti. Cairan serebrospinal biasanya bertambah dan sekali-kali berwarna merah. Pembuluh-pembuluh darah penuh berisi darah sehingga selaput otak sering penuh darah dan jelas terlihat.

PERUBAHAN MIKROSKOPIS PADA PENYAKIT TOXOPLASMOSIS

Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak

ginjal dan sel-sel disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang tergabung dalam koloni-koloni terminal (Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas dalam jaringan-jaringan. Toxoplasma banyak dijumpai didalam sel-sel pada pinggir ulkus-ulkus usus.

Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai paraasit-parasit intra selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudo cysts).. Protozoa itu juga berada bebas dalam jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat, sebagai gliosis, mikroglia, atan astrosit-astrosit. Penyerbukan limfosit-limfosit dalam ruang virchow robin, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Juga terjadi proliferasi sel-sel adventisia, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Perubahan-perubahan itu paling banyak terdapat dalam cortex cerebralis. Parasit itu juga bisa dijumpai pada selaput otak.

Hati memperlihatkan perdarahan-perdarahan lokal yaitu gambaran degenerasi dan reaksi seluler disamping sarang-sarang nekrosa tersebut di atas. Parasit-parasit dapat ditemukan didalam makrofag atau didalam sel-sel hati. Didalam limpa kadang-kadang dijumpai sel-sel reticulum dan makrofag-makrofag. Parasit-parasit terlihat didalam miokard yakni didalam makrofag-makrofag atau didalam miofibril. Disamping itu serabut-serabut otot degenerasi.

Toxoplasmosis sekali-sekali ditemukan di dalam mata anjing. Disamping itu juga memperlihatkan gejala renitis, newritis. Pada unggas toxoplasmosis otak merupakan perubahan-perubahan yang sering terlihat.

MANIFESTASI KLINIS TOXOPLASMOSIS.

Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan diragositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran limfogen. ToxoplasnJosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan.

Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening

©2003 Digitized by USU digital library 5

(toxoplasmosis limfonodosa scuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa. Infeksi yang mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma ceebralis akuta). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). Bayi dengan toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis.

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS.

Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita. Seperti telah diuraikan di atas, gejala klinis sering kali meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita bukanlah suatu hal yang mudah. Maka pemeriksaan secara serologis terhadap antibodi penderita toxoplasmosis merupakan alat bantu diagnosis yang mudah dan baik.

Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang umum dipakai ialah: Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation Test (CFT), reaksi Fluoresensi antibodi, Indirect Hemagglutination Test dan enzym linked immunosorhen assay (Elisa). Dye test Sabin Feldman merupakan pemeriksaan yang pertama kali ditemukan. Dasar test ini yaitu toxoplasma gondii mudah diwarnai dengan metilen blue. Tetapi bila dicampur dengan serum kebal, maka parasit tidak dapat mengambil warna lagi karena anti bodi toxoplasma yang ada dalam serum tersebut akan melisis parasit ini. Complement fixaton test (CFf) berdasarkan reaksi antigen antibodi yang akan mengikat komplement sehingga pada penambahan sel darah merah yang dilapisi anti bodi tidak terjadi hemolisis. Reaksi fluoresensi anti bodi memakai sediaan yang mengandung toxoplasma yang telah dimatikan. Anti bodi yang ada dalam serum akan terikat pada parasit. Setelah ditambah antiglobulin manusia yang berlabel fluoresens. Inderect hemaglutination test mempergunakan antigen yang diletakkan pada sel-sel darah merah, bila dicampur dengan serum kebal menimbulkan aglutinasis. Elisa mempergunakan antigen toxoplasmosis yang diletakkan pada penyangga padat. Mula-mula diinkubasi dengan reum penderita, kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar anti bodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan antigen anti bodi dicampur dengan substat.

Diagnosis terhadap toxoplasmosis secara mudah dapat ditegakkan dengan menemukan anti bodi terhadap penderita terhadap serum darah penderita Anti toxoplasma gondii kelas IgM timbul segera setelah infeksi, dan baru mencapai puncaknya pada minggu keempat kemudian menurun secara lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulan. Sedang anti toxoplasma kelas IgG dapat dideteksi setelah 3 atan 4 bulan infeksi dan akdarnya menetap sampai bertahun-tahun. Dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM, maka kita dapat mengetahui apakah seseorang dalam efeksi akut, rentan atau kebal tehadap toxoplasmosis. Selain seperti cara di atas bisa juga dilakukan pemeriksaan histopatologis jaringan otak, sum-sum tulang belakang, kelenjar limpe, cairan otak merupakan diagnosis pasti tetapi cara ini sulit dilakukan.

©2003 Digitized by USU digital library 6

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS KONGENITAL PADA BAYI.

Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital. Penyebab kelainan kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin mulai membentuk zat anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang setelah 1-3 bulan.

Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta Konsentrasi IgG pada neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG spesifik mau deteksi zat anti IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat kembali kepentingan pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis kongenital bila zat anti IgG tidak ditemukan.

Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan penelitian tentang toxoplasmosis yaitu telah memeriksa 99 bayi berumur 1 hari sampai 6 bulan yang tersangka menderita toxoplasmosis kongenital. Bayi-bayi ini dikirim oleh RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit lain yang ada di Jakarta dan dari dokter-dokter praktek pribadi. Kelainan klinik pada bayi-bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu Hidrocephalus, korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu kelainan seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan lebih dari satu kelainan di atas.

Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari gumpalan darah dan disimpan dalam frezer pada suhu 20C sampai diperiksa 2m anti IgM ditentukan dengan Elisa dengan menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari sorin Biomedica. Dalam test kit ini tersedia lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur ini diisi dengan serum kontrol dan serum pendertia, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Bila dalam serum tersebut terdapat IgM spesifik, maka IgM ini akan diikat dan menempel pada dasar sumur.

Cairan dalam sumur-sumur dibuang dan lempeng-lempeng dicuci. Kemudian sumur-sumur diisi dengan toxoplasmosis entigen yang dibuat dari toxoplasma gondii RH Strain antigen ini dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG terhadap toxoplasma gondii (dari tikus) yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah diinkubasi kembali selama 1 jam pada 370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM spesifik dan enzim tracer yang menempel pada IgG terhadap toxoplasma gondii. Dengan demikian antivitas enzim ini proposional dengan konsentrasi IgM spesifik dalam serum penderita atau kontrol. Aktivitas enzim diukur dengan menambahkan Tetra Methilbenzidene chromogen/substrat yang tidak warna. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Enzym dicampur dengan chromogen substrat menimbulkan warna kuning yang diukur dengan spektrofotometer dengan filter 45Omm setelah reaksi dihentikan dengan laluran H2SO4In. Yang dianggap positif adalah nilai besar dari pada Cut off Control.

Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan mikroteknik tes hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan menggunakan antigen dari laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain toxoplasma gondii sebelum diperiksa serum diinativasi pada suhu 56°C selama setengah jam,. Titer dimana masih tampak aglutinasi. Mulai Juni 1987 telah tersedia Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk penentuan zat anti IgG lalu digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen toxoplasma gondii.

Sumur-sumur ini diisi dengan senun kontrol dan serum penderita. Kemudian diinkubasi 45 menit pada suhu kamar. Bila serum yang diperiksa mengandung zat

©2003 Digitized by USU digital library 7

anti IgG spesifik maka zat anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci sumur-sumur diisi dengan antihuman IgG yang dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 45 menit pada subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada IgG spesifik (bila) ada pada dasar sumur diisi dengan substat P-nitro fenifostat. Setelah diinkubasi kembali selama 45 menit subtract akan dihirrolisa oleh enzim yang menimbulkan warna kuning. Setelah reaksi dihentikan dengan larutan Na OH I N perubahan warna dibaca dengan spektrofotometer dengan filter 405 mm. Intentitas perubahan warna sejajar dengan jumlah IgG spesifik. Yang dianggap positif adalah nilai yang sama dengan atau lebih besar dapat pada 0,21.

Hasil penelitiannya yaitu dari 99 terdapat 79 bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan IgM pada 79 Bayi Tersangka Toxoplasmosis Kongenital.

Hasil Yang Didapat

Jumlah

Persentase (%)

Positif

8

10,1

Negatif

71

89,9

Jumlah

79

100


Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat, bahwa IgM spesifik ditemukan pada 8 bayi (10,1) yaitu 4 bayi berumur 2 hari sampai 5 bulan yang secara berturut-turut menunjukkan kelainan kongenital multipel dan hepatospenomegali, anemia gravis dan demam, mikro sephalus, khorioretinitis dan katarak. Pemeriksaan IgG dengan Elisa menunjukkan nilai positif tinggi pada keempat bayi tersebut yaitu 0,73-0,82-1,22-0,97. Pemeriksaan IgG pada 4 bayi lainnya dilakukan dengan test IHA dengan hasil titer 1:1024 (t.) pada bayi berumur 6 bulan dengan kelainan kongenital multipel, titer 1:64 pada bayi berumur 6 bulan.

Tabel 6: Hasil Pemeriksaan IsM dan IgG Pada 8 bayi dengan Diagnosis Serologik Toxoplasmosis Kongenital.

Umur

IgM +

IgG

Gejala

2 hari

0,62

0,73

Kelainan kongenital multipel + hepatosple nomegali

2 bulan

0,36

0,82

H. Spenomegali + anemia

3 bulan

0,67

1,22

Mikrosefalus

5 bulan

0,28

0,97

Khorioretinitis + Katarak

6 bulan

0,28

-

Kelainan kongenital

4,5 bulan

0,28

64

Atropi orak kiri

5,6 bulan

0,36

32

Kelainan mata

6 hari

0,33

8

Hiperbilirubinemia


Dari tabel di atas dapat dilihat diagnosis toxoplasmosis kongenital pada 8 bayi

dengan det.eksi IgM + dan IgG di dapat basil yang berbeda antara pemeriksaan dengan IgM dan IgG. Menurut Remington dkk, (1980) IgM menghilang 3-4 bulan setelah muncul dalam serum, tetapi kadang-kadang dapat ditemukan lebih lama. Desmonts dkk, 1975 seperti dikutip Vejtorp (1980) menemukan zat antigen IgM hanya pada 25% bayi dengan toxoplasmosis kongenital.

©2003 Digitized by USU digital library 8

PENCEGAHAN TOXOPLASMOSIS

Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66°C atau dibekukan pada suhu -20°C. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.

PENGOBATAN TOXOPLASMOSIS.

Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan.

Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga temyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya.

Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.

KESIMPULAN

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasmagondii akan dapat diketahui status penyakit penderita.

Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.

DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada S. Koesharyono C. Prevalensi zat anti toxoplasma gondii pada kucing dan anjing di Jakarta. Penelitian, 1982.

Priyana A. Oesman P, Kresno SB. Prevalensi anti Toxoplasma Gondii pada pemelihara kucing atau anjing di Jakarta, 1987.

Ressang A.A. Patologi Khusus Veteriner, IFAD Project, Bali 1984.

Schurrenberger, P.R. dan William, T.H. Dchtisar Zoonosis Penerbit ITB, Bandung, 1991.

Partodihardjo, S. Ilmu Reproduksi Hewan, Penerbit Mutiara. Jakarta, 1980.

Priyana, A Oesman P, Kresno SB. Toxoplasmosis Medika No. 12 tahun 14, 1988: 1164-1167.

BAHAYA MENGINTAI DIBALIK SI MANIS

Apakah Anda mempunyai binatang peliharaan di rumah? Bila ya, sebaiknya Anda mulai waspada jika ternyata binatang kesayangan Anda adalah kucing. Memilih kucing sebagai binatang kesayangan sering kita temui pada wanita, bahkan kerap kali diajak tidur bersama. Namun bertolak belakang dengan bentuknya yang dianggap manis dan menggemaskan, ternyata kucing berpotensi menularkan penyakit yang cukup mengerikan, khususnya bagi wanita: Toxoplasmosis.

Apa itu Toxoplasmosis ?

Toxoplasmosis atau biasa disebut “toxo” adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Toxoplama gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan pada limpa dan hati Ctenodactyles gondii, sejenis hewan pengerat (rodent) dari Sahara, Afrika utara pada tahun 1908. Sedangkan pada manusia baru ditemukan di Cekoslowakia pada 1923.

Kucing merupakan hospes definitif (tempat hidup utama) parasit ini. Sebenarnya parasit ini dapat juga ditemukan pada beberapa jenis hewan, namun hanya pada usus kucing parasit berkembang biak secara seksual maupun aseksual dengan cara membelah diri. Infeksi akan terjadi bila bentuk yang infektif ini tertelan oleh hospes yang sesuai, yaitu jenis mamalia, burung, tak terkecuali manusia. Dalam tubuh hospes perantara ini, parasit hanya dapat berkembang biak secara aseksual.

Siklus Parasit Toxoplasma

Kucing dapat mengidap toxoplasma setelah menelan setidaknya satu dari tiga bentuk infektif parasit yaitu : kista, ookista atau takizoit. Siklus intraintestinal akan terjadi bila kista yang terkandung dalam tubuh burung atau tikus (sebagai hospes perantara) tertelan oleh kucing, yang merupakan predatornya.Parasit kemudian akan menggandakan diri pada dinding usus dan menghasilkan ookista, yang terekskresi melalui feses kucing dalam waktu 2-3 minggu. Dalam jangka waktu 5 hari, ookista bersporulasi menjadi bentuk yang infeksius terhadap manusia dan jenis hewan lainnya.

Bentuk ini mempunyai ketahanan yang cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan, serta dapat bertahan pada tanah yang cukup lembab dan pasir dalam jangka waktu beberapa bulan. Selama siklus intra intestinal (dalam usus) berlangsung, sejumlah parasit toxoplasma melakukan penetrasi pada dinding usus dan menggandakan diri menjadi bentuk takizoit. Tak lama kemudian bentuk ini akan keluar dari usus dan menyebar ke bagian tubuh lain, untuk memulai siklus ekstra intestinal (diluar usus). Pada akhirnya sistim immune (kekebalan) kucing akan menghambat perkembangan bentuk infeksius ini, dan menyebabkan terkumpulnya bentuk bradizoit yang bersifat dormant (tidur) pada jaringan otak dan otot. Kebanyakan bentuk kista akan tetap terdapat dalam tubuh hospes sepanjang hidupnya dalam keadaan dormant(tidur). Secara perlahan bentuk ini akan berubah menjadi bentuk kista dan menyebabkan infeksi kronik pada hospes perantara. Siklus ekstra intestinal (diluar usus) ini tidak hanya terjadi dalam tubuh kucing, namun dapat juga terjadi pada hospes perantara, termasuk diantaranya manusia.

Bagaimana Penularan Toxoplasma ?

Toxoplasma dapat ditularkan melalui tiga cara :

1. Kontak langsung dengan feses kucing yang telah terinfeksi

Menurut sebuah penelitian, feses(tinja) seekor kucing mengandung tidak kurang dari 10 juta ookista setelah 2 minggu terinfeksi. Bentuk ookista biasanya terjadi 2-5 hari setelah parasit dikeluarkan bersamaan dengan feses(tinja) kucing. Sejauh ini tidak ada metode yang dapat digunakan untuk mencegah binatang peliharaan, khususnya kucing, untuk terinfeksi dan atau menjadi perantara penularan parasit toxoplasma.

2. Memakan daging mentah atau setengah matang

Ratusan jenis hewan mamalia dan burung dapat terinfeksi oleh toxoplasma dengan cara yang hampir sama dengan infeksi yang terjadi pada manusia, yaitu dengan kontak langsung melalui bahan makanan dan air yang telah terkontaminasi oleh parasit toxoplasma. Akibatnya, manusia dapat pula terinfeksi setelah mengkonsumsi jenis hewan yang telah terinfeksi. Pada negara-negara industri, transmisi pada manusia umumnya berkaitan dengan kebiasaan memakan daging setengah matang, terutama daging babi dan domba (pada beberapa daerah di dunia diperkirakan 10% daging domba dan 25% daging babi mengandung bentuk kista toxoplasma). Parasit ini juga dapat terkandung dalam produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi, misalnya susu kambing. Lalat maupun kecoa yang telah melakukan kontak langsung dengan feses kucing juga berpotensi menjadi sumber infeksi.

3. Infeksi kongenital melalui plasenta ibu hamil kepada janinnya.

Parasit toxoplasma tidak dapat menular antar manusia, kecuali dari ibu pada janinnya selama atau sebelum kehamilan berlangsung. Gilbert tahun 2001 memperkirakan bahwa wanita hamil yang menderita toksoplasmosis 25% akan menularkan ke janinnya.

Yang Paling Beresiko Menderita Toxoplasma

Meskipun insiden toxoplasma belum mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kewaspadaan dan perhatian terhadap penyakit ini telah meningkat drastis. Diperkirakan sekitar 30 - 50% populasi dunia telah terinfeksi oleh toxoplasma, dan lebih dari 3000 infeksi toxoplasma terjadi pada kehamilan di Amerika Serikat, sebagian besar tanpa gejala. Penelitian yang dilakukan Gandhahusada tahun 1995 menunjukkan bahwa angka prevalensi toxoplasmosis pada manusia berkisar antara 2-63%, 35-73% pada kucing, 75% pada anjing, 11-61 % pada kambing, 11-36% pada babi, dan kurang dari 10% pada sapi/kerbau (Chandra, 2001).

Kebanyakan infeksi pada manusia dewasa terjadi tanpa gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan seperti peningkatan suhu tubuh dan pembesaran kelenjar limpa. Berdasarkan dampak yang dapat diakibatkan oleh penyakit ini, infeksi kongenital merupakan hal yang patut dicermati. Sekitar 45% penularan toxoplasma terjadi melalui infeksi kongenital. Dari jumlah ini, 60% diantaranya merupakan infeksi sub-klinis, 9% mengakibatkan kematian janin dan 30% menimbulkan dampak yang cukup berat (hydrocephalus, retinochoroiditis, dan retardasi mental).

Dampak infeksi sangat jarang terlihat bila ibu mengalami infeksi pada tri semester terakhir kehamilannya, namun resiko yang lebih buruk terjadi pada infeksi yang berlangsung pada tri semester pertama kehamilan, antara lain kematian janin dan malformasi bayi. Gejala yang lebih jelas terlihat setelah kelahiran, dapat pula muncul beberapa minggu, beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah kelahiran (beberapa gejala klinis bisa jadi baru nampak pada masa pubertas sebagai akibat dari infeksi kongenital). Abnormalitas sistem saraf (retardasi mental) dan penglihatan (kebutaan), hydrocephalus, gangguan pendengaran, demam, jaundice, dengan berbagai komplikasinya, merupakan manifestasi klinis yang biasa dialami oleh pasien toxoplasma. Gejala dan tanda-tanda lain yang mungkin terjadi adalah pembesaran maupun pengecilan kepala, ruam, memar dan pendarahan bawah kulit, anemia serta pembesaran liver dan limpa.

Individu dengan sistem immune yang lemah (pada penderita AIDS, kanker atau pasien transplantasi organ) merupakan golongan yang mempunyai beresiko tinggi menderita infeksi toxoplasma. Parasit dormant yang semula inaktif dapat pecah dan secara tiba-tiba mengganas. Tak heran pada pasien dengan kondisi ini, terutama AIDS, angka relapse dan mortalitas akibat toxoplasma tergolong tinggi.

Mencegah Toxoplasma

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari jangkitan penyakit ini, antara lain dengan melakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini :

1. Menghindari makan makanan mentah atau setengah matang, terutama daging babi, sapi dan kambing. Pemanasan yang ideal untuk bahan makanan ini adalah 70oC (158oF) selama 15-30 menit. Selain dengan pemanasan, perlakuan lain tidak akan menghilangkan kista toxoplasma.

2. Hindarilah kontak langsung dengan tanah yang merupakan sarana yang paling potensial mengandung ookista, khususnya bila di sekitar kediaman Anda terdapat kucing. Daya tahan ookista cukup lama pada tanah yang lembab dan terhindar dari sinar matahari langsung. Bila Anda tidak dapat menghindari kontak dengan tanah, gunakanlah sarung tangan dan cucilah tangan Anda setelah kontak dengan sabun dan air.

3. Biasakanlah mencuci sayuran dan buah-buahan sebelum dikonsumsi.

4. Pola hidup higienis akan lebih menjamin kesehatan. Bagi Anda yang biasa makan dengan menggunakan tangan, cucilah tangan Anda dengan sabun sebelum makan.

5. Mencuci pisau dan perkakas rumah tangga dapur lain setelah digunakan untuk memotong atau menampung daging mentah, sayuran atau buah-buahan yang belum dicuci dengan sabun dan air panas, untuk menghindari kontaminasi silang antara benda atau bahan mentah dengan bahan makanan yang telah matang.

6. Untuk wanita hamil, usahakan untuk menghindari kontak dengan kucing, apalagi membuang kotorannya. Pemeriksaan darah saat merencanakan kehamilan sangat penting, dan idealnya diulang pada tri semester pertama dan terakhir kehamilan. Pemeriksaan darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan di negara kita, sayangnya biayanya cukup mahal.

Bagi Anda penggemar kucing, tips berikut dapat dilakukan untuk meminimalisasi penyebaran parasit toxoplasma :

1. Menyediakan tempat khusus untuk buang air kucing kesayangan Anda.

Anda bisa membeli tempat khusus yang telah diberi cat litter (pasir berbahan zeolit yang dapat Anda beli di toko hewan atau swalayan) atau Anda bisa menggunakan pasir. Latihlah kucing Anda untuk selalu membuang kotoran pada tempat khusus, untuk memudahkan Anda melakukan kontrol terhadap perilaku membuang fesesnya. Buanglah feses kucing setiap hari untuk mencegah ookista bersporulasi menjadi bentuk infektif.

2. Desinfeksi

Lakukan desinfeksi setiap hari dengan air mendidih atau sterilisasi 55 0C pada kandang atau tempat kucing Anda membuang kotoran. Desinfeksi selain dengan kedua cara ini (dengan menggunakan bahan kimia) tidak akan memusnahkan ookista.

3. Kontrol makanan

Hindari memberikan daging mentah pada peliharaan Anda. Usahakan agar kucing Anda tetap berada di rumah agar tidak memangsa rodent atau burung yang mungkin mengandung kista toxoplasma dalam tubuhnya. Berikan makanan yang cukup agar kucing Anda tidak kelaparan lalu memicunya untuk mencari mangsa di luar rumah, hal ini akan mempersulit Anda untuk melakukan kontrol terhadap makanan binatang kesayangan Anda.

Perkembangan lain, selain ada toxo yang berkembang pada organ tubuh kucing. Bulu halus kucing juga dapat menyebabkan gangguan nafas. Terutama pada paru-paru, yang umum disebut nafas mengi (dalam bhs jawa). Nafas ini terjadi bila penggemar kucing sering menciuminya, sehingga sedikitnya 2-3 bulu halus akan ikut terhirup hidung. Sehingga saat bernafas, hidung terasa sedikit gatal dan berbunyi. Biasanya banyak diderita anak-anak dan wanita dewasa yang gemar kucing. (dari berbagai sumber/Ads)