Rabu, 28 Januari 2009

Propionibacterium Acnes

Bakteri Penyebab Jerawat

Setelah mengulas beberapa penyebab serta sebuah pengantar untuk mengatasi jerawat atau menghilangkan jerawat, kali ini saya akan mengulas mengenai bakteri yang bertanggung jawab atas kemunculan jerawat atau terbentuknya jerawat: Propionibacterium Acnes. Sebagaimana tulisan tulisan sebelum, saya masih akan berusaha menerjemahkan Tulisan atau artikel Propionibacterum Acnes dari wikipedia. Artikel aslinya dapat anda lihat di sini.

P Acnes alias Propionibacterium Acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau bisa juga kita sebut sebagai bakteri jerawat yang memiliki watak pertumbuhan atau perkembangbiakan yang relatif lambat. Sebelum menlanjutkan pembahasan tentang bakteri jerawat, saya akan terlebih memberikan identitas Klasifikasi Ilmiah (Scientific Classification) atau Taksonomi dari Propionibacterium Acnes.

Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Order : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Species : P. Acnes

Untuk binomial name ( nama binomial) bakteri jerawat ini disebut sebagai Propionibacterium acnes (Gilchrist 1900). P. Acnes merupakan jenis bakteri yang hidup tanpa memerlukan adanya oksigen atau bisa disebut sebagai bakteri anaerobik. Organisme yang hidup tanpa memerlukan oksigen biasa juga disebut memiliki tipical atau karateristik aerotolerant. Sang bakteri jerawati ini juga merupakan bakteri jenis Gram-Positif.

Seperti yang telah saya berikan di artikel lain, Bakteri jerawat dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada jerawat. Genome dari P. Acnes dalam beberapa penelitian / study menunjukkan bahwa geberapa gen darinya memproduksi ensime yang dapat mendegradasi kulit dan protein.


Bakteri Jerawat ini sebagian besar ada pada kulit banyak orang dan berkarateristik commensal (commensal merupakan sifat dari hubungan 2 organisme yang secara signifikant tidak saling dirugikan: contoh hubungan antara burung dengan pohon). Ia hidup di daerah asam lemak (fatty acid) di kantung kelenjar minyak (sebaceous glands) pada kelenjar minyak (sebum) tersembunyi di dalam
pori pori kulit. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara sebaceous glands dan sebum liat gambar yang saya ambil dari wikipedia disamping. Selain ditemukan di daerah kelenjar minyak bakteri ini juga bisa ditemukan di daerah Gastrointestinal tract (pencernaan makanan??).

Nama dari Propionibacterium Acnes diambil karena bakteri ini dapat memproduksi atau menghasilkan asam propionik (propionic acid).

Bagaimana Bakteri Jerawat ini bisa menyebabkan Penyakit?

Ketika pori pori kulit terhalang atau "tidak bisa bernafas" maka bakteri yang sifatnya tumbuh dalam lingkungan yang anaerobic (tanpa oksigen) ini menjadi tumbuh sangat cepat dan mengeluarkan banyak bahan kimia untuk merusak jaringan jaringan pada pori pori kulit, dan menjatuhkan bakteri semisal Staphylococcus aureus ke kulit yang kemudian membentuk "luka jerawat" (acne lesion)

Antibiotik : P. Acne dapat di bunuh dengan benzoyl peroxide. Bakteri jerawat ini juga sangat sensitif pada sinar ultraviolet sehingga dapat pula dibunuh dengan menggunakan sinar ultraviolet. Dapat pula di bunuh dengan sinar yang panjang gelombangnya sekitar 405 - 420 nm karena P. Acne juga sangat sensitif pada sinar jenis ini.

Senin, 26 Januari 2009

Kerusakan Alam Indonesia

Negara Megabiodiversity tanpa Perlindungan Sumber Daya Genetik

Purwandono - 27 Mar 2008

Kontradiktif, itulah kata yang pantas untuk menjelaskan kondisi Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya. Keanekaragaman hayati sebagai aset terbesar negeri ini (mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi) justru luput dari upaya perlindungan. Dalam kontek PP No 2 tahun 2008 yang baru saja dikeluarkan oleh SBY memperlihatkan bahwa sumber daya genetik hutan sama sekali tidak pernah diperhitungkan nilai ekonomisnya. Padahal kekayaan genetik yang ada di dalam hutan bukan tidak mungkin bernilai lebih tinggi dari deposit tambang yang ada di dalamnya.

Sangat disayangkan karena keinginan untuk mengambil deposit tambang yang ada di dalam tanah, justru aset terbesar yang memiliki nilai ekonomis jauh lebih tinggi dari nilai deposit tambang itu juga hancur sebagai dampak ikutan. Analogi yang mudah adalah mengambil emas yang berada dalam bongkahan intan, karena ketidaktahuan akan nilai ekonomis intan kita menghancurkan dan membuang intan untuk mengambil emas yang terkandung di dalam bongkahan intan tersebut.

Sampai detik ini Indonesia belum memiliki aturan yang melindungi sumberdaya genetiknya. Dengan mudah pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab atas nama penelitian mengambil dan menjarah kekayaan genetik yang kita miliki. Sementara itu bioteknologi modern dengan rekayasa genetiknya, pada saat ini telah mampu melakukan upaya penyisipan gen tertentu pada species tertentu untuk menghasilkan species dengan sifat unggul yang diinginkan.

Dengan didukung keberadaan regim paten, penemuan tersebut dapat dipatenkan dan dijual dengan harga tinggi untuk memberikan untung yang sebesar-besarnya pada pemegang paten tersebut. Lalu bagaimana dengan negara yang memiliki kekayaan genetik, yang dari wilayah negaranyalah materi genetik itu diambil dan kemudian digunakan sebagai materi genetis untuk menghasilkan species unggul?

Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati (UU No.5 tahun 1994), seharusnya menindaklanjuti dengan mengkonversi konvensi internasional ini dalam tata aturan nasional yang berpihak pada kepentingan nasional dan tidak mengurangi atau mencenderai kedaulatan negara. Dalam pasal 15 UU No.5 Tahuan 1994, dinyatakan bahwa kewenangan menentukan akses terhadap sumber daya genetik ada pada pemerintah. Ketentuan-ketentuan tersebut seyogyanya ada dalam tata aturan dan perundangan nasional. Namun selain UU ratifikasi konvensi tersebut, sampai detik ini aturan yang mengatur tentang akses dan pembagian keuntungan atas penggunaan sumber daya genetik belum diatur dalam tata aturan nasional.

Inisiatif untuk membuat RUU pengelolaan dan perlindungan sumber daya genetik sampai saat ini masih berproses dan belum menghasilkan draft final yang dianggap layak untuk dianjukan ke pihak legislatif. Pada waktu yang bersamaan urgensi untuk perlindungan terhadap sumber daya genetik khususnya yang mengatur akses dan pembagian keuntungan atas penggunaan sumber daya genetik sudah sangat mendesak. Biospiracy telah menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi negara para pemilik sumberdaya genetik yang dijarah sumber daya genetiknya. Entah sudah berapa banyak plasma nuftah di pedalaman hutan hujan tropis ini yang dibawa ke lab-lab di negara-negara maju dan kemudian digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan varietas-varietas unggul yang kemudian diperdagangkan dengan perlindungan atas paten.

Urgensi untuk adanya aturan tentang akses dan pembagian keuntungan atas penggunaan sumber daya genetik muncul ketika wabah flu burung merebak dan menyebabkan kepanikan internasional. Perusahaan-perusahaan besar di bidang farmakologi berlomba-lomba untuk mendapat sample virus yang berasal dari korban-korban meninggal yang terjangkit flu burung.

Situasi kepanikan internasional digunakan oleh perusahaan-perusahaan ini untuk menekan pihak Indonesia agar berbagi sampel virus. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Pemerintah Indonesia bahkan dapat memaksakan untuk membahas alternatif mekanisme pembagian keuntungan yang adil di World Health Assembly. Tetapi sangat disayangkan kasus flu burung tidak memberikan energi positif bagi proses penyusunan draft final RUU PSDG. Sepertinya kasus yang sudah terjadi tidak digunakan sebagai bahan pelajaran agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali.

Hal yang sangat memprihatinkan tentunya jika RUU PSDG selesai dilegislasi, tetapi sumber daya genetik yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang perlu dilindungi sudah habis dijarah oleh perusahaan-perusahaan industri kehidupan dan sudah dilindungi dengan mekanisme HAKI yang Indonesia juga bagian dari pihak dalam rejim ini.

Sampai hingga detik ini, negara megabiodiversity ini belum memiliki kepedulian yang memadai untuk melindungi warisan nasional yang bernilai ekonomis sangat tinggi di masa mendatang. Seperti ketidaktahuan akan nilai ekonomis dari sumber daya genetik yang dimilikinya, pemerintah dengan mudah mengeluarkan kebijakan yang berdampak pada hancurnya sumber plasma nuftah yang seharusnya dijaga dan dikelola dengan baik.

Mungkin sudah waktunya para pakar di bidang keanekaragaman hayati dibekali dengan pengetahuan ekonomi yang memadai sehingga bisa membuat taksiran nilai ekonomis atas keberadaan sumber daya genetik di hutan-hutan lindung di negeri ini. Agar para pengambil kebijakan paham betul kerugian di masa kini dan masa mendatang ketika mereka harus mengambil pilihan untuk merusak hutan lindung.

Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati sebenarnya sudah sangat jelas memberikan kedaulatan kepada negara yang memiliki kekayaan genetik seperti Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya genetik yang dimilikinya dengan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Dalam pasal 15 konvensi juga jelas dinyatakan, ”Negara-negara yang telah meratifikasi konvensi ini akan mengambil langkah-langkah administratif dan legislatif untuk menjamin pembagian keuntungan yang adil atas hasil penelitian pengembangan dan pemanfaatan sumber daya genetik baik untuk kepentingan komersial maupun tidak.”

Dalam praktiknya, yang menguasai rejim patenlah yang kemudian menikmati keuntungan terbesar atas pemanfaatan sumber daya genetik. Negara asal dari materi genetik sama sekali tidak mendapatkan keuntungan yang berarti atas sumbangan yang sudah diberikan. Bahkan lebih memprihatinkan ketika kemudian negara asal materi genetik tersebut diharuskan membeli produk rekayasa genetik tersebut dengan harga tinggi dan dibuat bergantung dengan produk-produk tersebut. Hal ini terjadi pada beberapa komoditas pangan yang penting bagi dunia.

Varietas Punah

Tingkat kepunahan varietas species tanaman maupun hewan di Indonesia sebenarnya sudah sangat memprihatinkan, tidak perlu melihat ke dalam hutan tetapi cukup dengan memperhatikan keberadaan buah lokal yang ada di Pasar Minggu dan Kramat Jati. Hampir sebagian besar buah-buah di pasar-pasar tersebut didominasi oleh buah-buahan impor, tidak ada lagi pedagang yang menjual kecapi, buni ataupun dhuwet yang dapat kita temui di kedua pasar tersebut.

Di sektor pertanian hal yang lebih parah terjadi, dari sekitar 6000 – 8000 varietas padi yang pernah ada saat ini tersisa sekitar 2000 varietas padi lokal di Balitbiogen dan tidak lebih dari 20 varietas lokal yang dikenal oleh petani sebagai varietas lokal yang boleh dipersilangkan untuk menghasilkan benih padi unggul baru. Saat ini petani tidak lagi membenihkan sendiri padi-padi mereka tetapi cukup membeli benih padi yang dijual di pasar atau dibantu oleh pemerintaah untuk pengadaan benihnya. Hilangnya keterampilan menyilangkan benih dan memuliakan benih tidak sekedar merubah pola pertanian mandiri menjadi pola pertanian yang konsumtif, tetapi justru merubah pola pertanian mandiri manjadi pola pertanian bergantung, tidak hanya bergantung pada benih tetapi juga bergantung pada pupuk dan Saprodi lainnya termasuk pestisida.

Sebagai sebuah negara megabiodiversity dengan kekayaan genetik yang sangat luar biasa, Indonesia seharusnya memiliki posisi yang sangat penting pada era biologi di abad 21 ini. Seperti analogi mengambil emas dalam bongkahan intan, bangsa ini bergembira ketika diberikan emas, tetapi sebenarnya pencari emaslah yang beruntung karena mendapatkan bongkahan intan dan itu diberikan dengan cuma-cuma karena bangsa ini tidak paham akan nilai ekonomis intan yang sebenarnya jauh lebih tinggi dari nilai ekonomis emas yang diberikan. Hal yang sama dengan analogi di atas sedang terjadi di negri ini dengan lahirnya PP No 2 tahun 2008, bangsa ini tidak hanya memberikan deposit tambang yang ada di hutan lindung, tetapi memberikan keleluasaan pada pihak asing untuk mengakses sumber daya genetik hutan yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dari bahan tambang itu sendiri.

Tulisan di atas sebenarnya memperlihatkan urgensi dari keberadaan UU yang mengatur tentang pengelolaan dan perlindungan sumberdaya genetik bagi negara megabiodiversity seperti Indonesia.

Pada 19-30 Mei 2008 di Boon, Jerman akan diselenggarakan COP 9 CBD yang akan membahas isu-isu terkait dengan keanekaragaman hayati. Event ini akan menjadi penting bagi Indonesia jika negara ini paham apa yang harus dilindungi terkait dengan kekayaan genetik yang dimilikinya. Dan tidak akan berarti apa-apa jika kesepakatan internasional yang sudah diperjuangkan tidak dikonversi dalam aturan di level nasional sehingga para pelaku penjarahan sumber daya genetik dengan leluasa menjarah karena tidak ada satu aturanpun yang dapat dikenakan untuk menjerat para penjarah ini.

Penulis adalah Direktur Eksekutif Konphalindo (Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia). Sebuah lembaga nirlaba di bidang lingkungan yang concern dengan isu kenakaragaman hayati dan keamanan hayati.

Dampak Lingkungan

Krisis dan Erosi Sumber Keanekaragaman Hayati

(Efendi, Bulletin PPI, Persatuan Pelajar Indonesia, Komisariat Miyagi, Sendai, Jepang, No.5 Februari 1998)



Pendahuluan

Dalam sistem saling-ketergantungan (interdependent system) yang kita sebut "bumi", setiap makhluk hidup berinteraksi dan tergantung kepada atmosfir, lautan, air bersih, batu dan tanah. Konservasi keanekargaman hayati (conservation of biodiversity) bukan hanya persoalan perlindungan terhadap sumber-sumber daya hayati dalam taman-taman nasional (nature reserves). Namun juga mencakup perjuangan yang terus menerus untuk melindungi sistem yang alamiah pada: siklus air, oksigen, dan karbondioksida; pemeliharaan kesuburan tanah; produksi sumber makanan dan obat-obatan; serta memelihara sumber daya genetik. Dalam sistem bumi, seluruh makhluk hidup saling pengaruh-mempengaruhi serta saling ketergantungan terhadap komponen-komponen hayati mapun bukan hayati, dimana kita juga merupakan suatu bagian yang utuh dari sistem tersebut. Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman dalam seluruh dunia makhluk hidup, yang mencakup gen, spesies, dan ekosistem.
Konsumsi yang berlebihan, pencemaran lingkungan, penebangan dan kebakaran hutan, cepatnya laju pertumbuhan penduduk, pola pemilikan tanah yang tidak adil, pola perkampungan dan perpindahan penduduk yang tidak merata, dan melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin semakin mengancam kehidupan bumi. Kecendrungan tersebut tidak dapat diatasi, kecuali sampai seluruh masyarakat dunia mengelola sumber-sumber kekayaan alam dunia sebagai sistem penyokong kehidupan (life-support system) untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang sebagai suatu sistem keadilan antar generasi (intergeneration equity).
Spesies kita, manusia memasuki abad idustri dengan populasi satu milyar, dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi. Sumberdaya biologi merupakan bagian dari keragaman yang sangat potensial yang tersedia dengan bebas untuk mendukung pembangunan. Walaupun pada akhir abad ke-20, kita menyatakan bahwa sumberdaya hayati terbatas, namun sinisnya kita telah melampaui batas tersebut yang mengakibatkan berkurangnya sumberdaya hayati dan mengancam kesejahteraan manuasia. Padahal setiap tahun penduduk dunia makin bertambah dan iklimpun berubah secara lebih cepat. Ternyata aktifitas-aktifitas manusia secara progresif mengikis kemampuan bumi. Semetara pertumbuhan penduduk yang pesat dan peningkatan konsumsi yang tinggi menuntut penyediaan sumberdaya bumi yang lebih besar. Pada skala global, hal tersebut akan mengakibatkan dampak negatif terhadap produktifitas bumi untuk penyediaan sumberdaya alam dimasa mendatang. Sehingga, usaha-usaha konservasi keanekaragaman hayati sama sekali tidak dapat dipisahkan dari pembangunan sosial ekonomi.
Akibat peningkatan perubahan-perubahan lingkungan dewasa ini, maka pemeliharaan sumber keanekaragaman hayati menjadi sangat mendesak. Kita sadari bahwa keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem menyediakan bahan baku yang mendukung manusia tahan terhadap perubahan-perubahan, disamping itu juga akan mencegah kehilangan alternatif untuk merubah kondisi menjadi lebih baik. Daerah tropika memiliki bagian tersebesar proporsi keanekaragaman hayati dunia. Negara-negara industri juga tergantung kepada sumberdaya alam tropis, baik sebagai bahan baku industri, bahan pemuliaan, obat-obatan, daerah turis, maupun berbagai keuntungan-keuntungan yang nyata maupun yang tidak nyata. Namun dewasa ini ekploitasi (over-exploitation) daerah-daerah tropik oleh masyarakat industri telah menghasilkan keuntungan besar tanpa investasi yang sepadan untuk konservasi maupun untuk membayar dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan. Penipisan dan penghancuran sumber daya alam (resources deplition and destruction) makin meningkat akibat:
1. murahnya tenaga kerja;
2. harga bahan baku yang tidak mencerminkan nilai yang sesungguhnya (true value),
3. arah pembangunan yang tidak tepat; dan
4. pengontrolan harga dan tarif komoditas yang tidak seimbang.
Situasi demikian secara terus menerus memburuk dan menyebabkan krisis sumber daya alam bumi. Dengan demikian pihak-pihak pemerintah, badan-badan pembangunan (development agencies), dan masyarakat umum harus terus meningkatkan kesadaran dan perhatiannya untuk mencegah penipisan dan penghancuran keanekaragaman hayati serta memeliharanya untuk generasi mendatang melalui berbagai usaha konservasi.

Konservasi Keanekaragaman Hayati

Konservasi keanekaragaman hayati merupakan usaha yang sangat komplek yang memerlukan kesungguhan dari setiap pihak untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, konservasi keanekaragaman hayati mencakup:
1. Bagaimana cara memobilisasi pengetahuan ilmiah, sehingga keanekaragaman hayati dapat dikonservasi dengan jalan terbaik. 2. Bagaimana dapat mengelola proses perubahan, sehingga keanekaragam hayati dapat memberikan sumbangan terbaik untuk pembangunan yang adil dan berkesinambungan
3. Masalah mana yang perlu didahulukan pemecahannya.
4. Bagaimana dapat mengkoordinasi inisiatif-inisiatif dalam konservasi keakeragaman hayati secara efektif.
5. Dari mana sumber biaya dapat diperoleh.
Keanekargaman hayati adalah total keseluruhan gen, spesies dan ekosistem dalam suatu daerah. Kekayaan kehidupan bumi yang ada sekarang ini merupakan hasil proses evolusi berjuta-juta tahun. Maka sinis sekali kalau manusia menghancurkannya dalam beberapa tahun saja. Melewati masa evolusi, kebudayaan manusia telah berkembang dan telah menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat dengan menemukan, menggunakan dan merubah keanekaragaman hayati di sekitarnya. Banyak areal-areal yang sekarang nampak alamiah (natural) sebenarnya merupakan hasil dari ribuan tahun kebudayaan manuasia, budidaya tanaman serta pemungutan hasil alam. Pemeliharaan dan pemuliaan varietas lokal juga lebih jauh telah membentuk keanekaragaman hayati. Pada dasarnya keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan kedalam tiga katagori:
1. Keanekargaman gen (genetic diversity)
2. Keanekaragaman spesies (spesies diversity)
3. Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity)
Keanekaragaman gen menunjukkan kepada variasi gen dalam suatu spesies, yaitu perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam suatu spesies yang sama, misalnya keragaman gen yang terdapat pada ratusan varietas tradisional padi India. Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada keragaman spesies dalam suatu daerah. Keragaman seperti ini dapat diukur dengan banyak cara, seperti jumlah spesies pada suatu daerah. Keanekaragaman ekosistem meliputi total keseluruhan keanekaragaman spesies maupun keanekaragaman gen yang terdapat pada daerah yang tergabung dalam suatu ekosistem tertentu.
Pengelolaan keanekaragaman hayati tidak cukup hanya mempertimbangkan keanekaragaman gen, spesies maupun ekosistem, namun untuk membuat suatu manajemen khusus dan kebijaksanaan tertentu, maka bentuk dan fungsinya pada keanekaragaman kebudayaan suatu masyarakat sangat penting untuk dilibatkan. Kenaekaragaman kebudayaan dicerminkan oleh bahasa, agama, kepercayaan, seni, musik, praktek pengelolaan tanah, seleksi tanaman, diet, struktur sosial dan beberapa attribut sosial masyarakat.

Kekayaan Sumber Daya Hayati Bumi

Sangat mengejutkan bahwa para ahli lebih memahami berapa jumlah bintang-bintang yang ada dalam sistem galaksi daripada jumlah spesies yang menghuni bumi. Suatu perkiraan global, keanekaragaman spesies bervarisasi dari 2 juta sampai 100 juta spesies. Perkiraan yang paling tepat, spesies bumi dapat mencapai sekitar 10 juta, namun hanya 1.4 juta yang telah diberi nama atau dideskripsikan.
Sejak tahun 1980, para ahli telah menemukan secara besar-besaran keanekaragaman serangga di daerah hutan tropis. Di Panama, suatu studi hanya pada 19 pohon ditemukan 80% spesies beetle baru dari 1200 spesies, yang sebelumnya belum pernah diketahui para ahli. Paling kurang 6 sampai 9 juta spesies arthropoda menghuni daerah tropis. Satu meter persegi daerah hutan temperate dapat mengandung 200.000 mite dan10.000 inveterbrata. Dalam ukuran plot yang sama pada padang rumput tropis dapat mengandung 32 juta nematoda, dan satu gram tanah yang sama dapat mengandung 90 juta bakteri dan mikroorganisme lainnya. Para ahli yakin bahwa di dasar laut-dalam mengandung berjuta-juta spesies yang belum dikenal. Dalam 20 tahun terakhir, didaerah vent (daerah air panas dasar laut) telah ditemukan 20 famili atau subfamili, 50 genera, dan 100 spesies baru.
Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada keragaman makhluk hidup yang menghuni bumi. Para ahli biologi mengklasifikasikan kehidupan bumi kedalam suatu hirarki yang telah diterima secara luas, yang mencerminkan hubungan evolusi antara organisme. Katagori utama atau taxa dari makhluk hidup adalah: spesies, genus, family, order, class, phylum, kingdom. Suatu daftar informal dari spesies yang telah dikenal disajikan sebagai berikut: Insecta: 751.000; Plantae: 248,428; Non-insect arthopoda: 123.15; Molusca: 50.000; Fungi: 46.983; Protozoa: 30.800; Algae: 26.900; Pisces: 19.056; Platyhelminthes: 12.200; Nematoda: 12.000; Annelida: 12.000; Aves: 9.040; Coelenterata: 9.000; Reptilia: 6.300; Echinodermata: 6.100; Porifera: 5.000; Monera: 4.760; Amphibia: 4.184; Mammalia: 4.000 (Museum of Paleontology of the University of California).

Erosi Genetik Akibat Pertanian Modern

Food and Agriculture Organization (FAO) memperingatkan dunia sekarang sedang menghadapi kehilangan sumber daya genetika tumbuhan besar-besaran dan terjadi erosi keanekaan hayati secara cepat. Akibat semua itu akan mengancam keamanan pertanian dan pangan. Disebutkan bahwa tersebarnya pertanian modern dan komersial, introduksi tanaman pangan jenis baru menjadi penyebab utama hilangnya keanekaan genetik. Di Cina, jumlah varitas gandum yang ditanam menurun drastis menjadi hanya sekitar 1.000 varietas (hilang 90%) pada tahun 1970-an dibandingkan tahun 1949 yang mencapai hampir 10.000 varietas. Di Amerika Serikat, 95 persen berbagai varietas kubis, 91 persen varietas jagung, 94 persen varietas kacang polong, dan 81 persen varietas tomat menghilang. Keanekaan kehidupan di bumi sangat perlu untuk keberlanjutan kehidupan manusia. Konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetika tanaman sesuatu yang vital untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Degradasi dan kerusakan hutan lebat maupun hanya semak-semak, penggembalaan ternak yang berlebihan (overgrazing), eksploitasi, peperangan, juga disinggung sebagai faktor lain terjadinya erosi genetik di banyak kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Banyak tanaman pangan yang menjadi sumber makanan utama seperti sorgum, jenis padi-padian, dan kentang bagi jutaan umat manusia yang miskin, tidak mendapatkan cukup perhatian atau investasi pada penelitian untuk konservasi dan pengembangannya.

Bahaya Tumbuhan Transgenik

Penelitian di lapangan menunjukkan gen yang dimasukkan dalam tanaman budidaya melalui teknik rekayasa DNA bisa dengan mudah berpindah pada jenisnya yang dekat. Penelitian di Denmark menunjukkan gen tanaman budidaya hasil rekayasa bukan saja bisa pindah pada tumbuhan liar sejenis tetapi juga berpindah dengan cepat sekali. Ada bukti bahwa gen yang dimasukkan dalam tanaman budidaya sudah tersebar pada jenis liarnya. Gen tahan herbisida glufosinate telah diintroduksi kedalam lobak. Lobak rekayasa itu ditanam bersebelahan dengan Brassica campestris, gulma masih berhubungan dekat. Benih hasil persilangan turunan keduanya ternyata tahan terhadap herbisida itu.
Para pencinta lingkungan mendesak agar ditetapkan moratorium (penghentian) bahan makanan yang berasal dari hasil usaha rekayasa genetika sampai semua negara menandatangani Protokol Keamanan Hayati. Ada ketidaktentuan dampak penggunaan atau mengkonsumsi organisme hasil rekayasa genetika untuk jangka panjang pada kesehatan dan lingkungan. Diperkirakan kurang lebih 2% panenan kedelai AS dan 4% panenan kedelai Argentina adalah kedelai Mosanto hasil rekayasa genetika. Indonesia termasuk negara yang banyak mengimpor kedelai dari Amerika Serikat. Tetapi tidak diketahui apakah kedelai yang diimpor ke Indonesia juga termasuk kedelai dari hasil rekayasa genetika, karena kedelai impor itu tidak diberi label. Ketika organisme ini dilepaskan ke alam, organisme itu akan memperbanyak diri, dan Anda tidak bisa menyingkirkannya. Dan jika ada persoalan kesehatan akan sulit melacak asalnya karena demikian banyaknya gen yang berubah.

References:

  1. Hinchee, M.A.W., D.V. Connor-Ward, C.A. Newell, R.E. McDonnell, S.J. Sato, C.S. Gasser, D.A. Fischhoff, D.B. Re, R.T. Fraley, and R.B. Horsch. 1988. Production of transgenic soybean plants using Agrobacterium-mediated gene transfer. Bio/Technol. 6:915-922.
  2. Steve, P. 1990. Bioteknologi, Suatu Revolusi Industri Yang Baru (alih bahasa Maggy Thenawidjaya). IPB, Bogor.
  3. Stewart, C.N., Jr., M.J. Adang, J.N. All, H.R. Boerma, G. Cardineau, D. Tucker, and W.A. Parrott. 1996. Genetic transformation, recovery, and characterization of fertile soybean (Glycine max L.) Merrill) transgenic for a synthetic Bacillus thuringiensis CRYIA(c) gene. Plant Physiol. 112:121-129.
  4. Wetter, L.R. and F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB, Bandung.

Kamis, 22 Januari 2009

Respirasi Pada Manusia

Alat Pernafasan
Biologi Kelas 2 > Sistem Respirasi
76

< Sebelum Sesudah >

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

b. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.

Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.

c. Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

d. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

e. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.

Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.

Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.

Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).

Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

Penelitian Tndakan Kelas (PTK)

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN POWERPOINT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP WAHIDIN

I. Pendahuluan

A. latar belakang

Masalah-masalah pendidikna khususnya pendidikan biologi di sekolah masih memerlukan pembenahan. Hal itu terlihat dari masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pemahaman terhadap materi biologi dan proses bel;ajar yang dicapai oleh siswa serta fenomena yang ada memperlihatkan bahwa pembelajaran biologi di sekolah hingga beberapa tahun terakhir ini masih dikatagorikan masih sangat rendah (Sardjono,2000).

Didalam proses belajar mengajar seorang guru juga harus mempunyai nkesiapan mengajar dengan baiak termasuk penguasaan materi pada saat menerangkan, bukan hanya itu guru juga harus memiliki sarana atau prasarana yang dapat membantu mempelancar proses pembelajaran dan fasilitas belajar yang digunakan sebagai perangkat pembelajaran yang sesuai dengan bidang pembelajarannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi percapaian hasil belajar siswa adalah penggunaan media belajar. Pengguanana media belajar dalam kegiatan belajar mengajar dapat membantu terciptanya proses belajar mengajar yang baik dan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, serta percaya diri siswa terhapap mataeri yang ingin di pelajari atau di sampaikan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsuang di dalam kelas.

Guru sebagai manajer, fasilisator, mediator, dan kasalisator dalam proses belajar mengajar harus bvisa memilih media apa yanmg sebainya dipergunakan sehingga proses belajar dapt berlangsung dengan baik, dan apa yang disampaikan guru tentang materi dapat ditangkap dan dipahami oleh siswa tersebut. Pemilihan media haruslajh berdasarjkan relevasinya dengan komponen-komponen pengajaran. Guru hendaknya dapat menggunakan pemahaman mengenai sains dan teknologi dalamn limngkungan alam dan lingkungan sosial (Nordstrum, 1999, dala Carin, 1993).

Komputer sebagai salah satu produk teknologi mutahir yang serba bisa dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengajarkan konsep-konsep biologi, terutama konsep-konsep biologi yang memerlukan penjelasan suara dan gerak sekaligus, dimana hal itu dimungkinkan dengan mengguanakan medai komputer sebagai media pandasng dengan atau audia visual aids. Program-progarm komputer dengan segala kelebihanya dapat digunakan oleh seorang guru atau pendidik untuk menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan dirancang semarik mungkin. Salah satu program komputer yang memiliki fasilitas untuk membuat animasi, menyajikan gambat, menyajikan tulisan dan dapat di pesentasikan adalah program powerpint.

Program ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat membantuk guru dalam menyampaikan materi pelajaran pada siswa. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan tujuan untuk memdapatkan hasil belajar siawa dalam memahami konsep-konsep materi biologi dengana menggunakan media powerponit sebagai media pembelajaran dibandingkan dengan penggunaan media visual berupa charta dan papan tulis dikaitkan dengan peningkatan hasil belajar.

B. Indentifikasi Masalah

Suatu proses belajara menagajar dapat berjalan efektif bila seluruh unsur yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Media pelajaran sebagia salah satu komponene pendukung proses belajar mengajar turut memberikan kontribusi pada kuailitas pembelajaran bila dipiliha dan digunakan secara tepat. Media yang digunakan oleh guru dan siswa dapat mempengaruhi efektifitas preogram pengajaran. Untuk itu maka media pembelajaran merupakan segala sesuatau yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsamng pikieran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga sisw2a dapat menghasilkan proses belajra mengajar dengan baik. Dan hasil beljar siswa akan menjadi lebih meningkat dari pada hasil belajar sebelum menggunakan media berbantu perangkat lunak (softwere).

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan yang berisikan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaiaman respon siswa tehadap pengguanaan media pembelajaran powerpoint di dalam proses belajar didalam kelas ?

2) Baaiaman proses kegiatan belajara mengajar siswa (KBM) setelah mengguanakan media pembelajaran powerpoint ?

3) Apakah pembelajaran dengan mengguanakan media pembelajaran powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Wahidin ?

4) Apakah proses belajar semakain kondusif setelah mengguankan media pembelajaran powerpoint ?

5) Sejauh mana prestasi guru dan siswa dalam pembelajaran ?

6) Bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi sistem pernapasan setelah mengguanakan media pembelajaran powerpoint ?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan media power ponit terhadap pelajaran pelajaran biologi, sebagai suatu upaya perbaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan media dalam proses pembelajan dengan media powerpoint sebagai media bantu dalam pada mata pelajaran biologi

2. Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media powerpoint pada mata pelajaran biologi di SMP Wahidin

3. mengetahui respon siswa dalam pembelajaran respon dan stimulus siwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media powerponit pada mata pelajartan biologi

4. Mengetahui keaktifan dan pemahaman siswa pada mata pelajaran biologi setelah mengguanakan media powerpoint

5. Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap penggunakan media powerpoint

6. Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi siswa pada mata pelajaran biologi dengan menggunakan media powerpoint

7. mengetahui kendala yang di hadapi siswa terhadap poses belajar mengajara pada mata pelajaran biologi

8. Solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dalam ini adalah dengan menggunakan media powerpoint pada proses pembelajaran sehimngga dapat meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kelas

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. SMP Wahidin Kota Cirebon

Dengan hasil penelitian ini diharapkan SMP Wahidin Kota Cirebon dapat lebih meningkatkan penggunaan model-model pembelajaran dan media pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik, serta siswa dapat lebih aktif dan pemahaman terhadap mata pelajran biologi lebih baik

b. Guru

Untuk menambah wawasan didalam peroses pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap proses belajar dengan mengguanakan media powerpoint, dan sebagai bahan masukan untuk guru dalam meningkatkan kompetensi dan meningkatkan mutu pendidikan disekolahnya

c. Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk meningkatakan pemahaman pelajaran biologi dengan media bantu powerpoint, serta mengetahui proses pembelajaran dengan media berbasis komputer (ICT), dana dapat meningkatkan keaktifan dalam kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa didalam kelas.

II. Tinjauan Pustaka

Biologi

Biologi berasal dari bahasa yunani ,yaitu bios artinya hidup dan logos artinya ilmu. Jadi pengertian biologi merupakan bidang study yang khusus mempelajari makhluk hidup,bagaimana interaksinya satu sama lain,dan bagaimana interaksinya dengan lingkungan.karakteristik ilmu biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan permasalahan yang dikaji. Objek yang dipelajari dalam ilmu biologi adalah makhluk hidup,makhluk hdup memiliki karakter tersendiri jika dibanding dengan objek sains lainnya.(Pratiwi,Biologi,2006)

A. Belajar

  1. pengertian belajar

Dalam proses pengajaran, unsure proses belajar memegang peranan yang vital. Mengajar Adalah proses pembimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid, oleh karena itu penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid (Oemar Hamalik, 2001:27).

Keseluruhan proses pendidik disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya percapaina seseorang pendidik tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2003:1).

Proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (Manners Of Operation) khusus dengan beberapa perubahan di timbulkan hingga tercapai tujuan. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses, jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dsan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa, dengan perubahan tersebut siswa dapat bersifat positif dalam artia beriorentasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sbelumnya (Robert, 1988 dalam Muhibbin, !995).

Menurut Wittig (Muhibbin, 1995) proses belajar berlangsung dala tiga tahapan yaitu:

a) Acquasistion (tahapan perubahan informasi), pada tahap ini siswa belajar mulai menerima informasi sebagai stimulus dan memberikan respon sehingga ia memiliki pemahaman atau perilaku baru. Tahap aquasistion merupakan tahapan yang paling mendasar, bila pada tahap ini kesulitan untuk menghadapinya maka tahap selanjutnya

b) Stroge (penyimpanan informasi), pemahaman dan perilaku baru yang diterima siswa secara otomatis akan disimpan dalam memorinya yang di sebut Shortterm atau Longeerm memori

c) Retrieval (mendapatkan kembali informasi), apabila seorang siswa mendapatkan pertanyaan mengenai materi yang telah dimperolehnya maka ia akan mengatifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang dihadapinya. Tahap retrieval merupakan peristiwa mental dalam rangka mengungkapkan kembali, pemahaman, informasi, pengalaman yang telah diperoleh.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003:2).

Menurut Gagne (1984), belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat pengalaman, Gallowaya mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencangkup ingatan, refensi, pengolahan informasi, emosi, dan factor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (Toeti Soekamto, 1992:27).

Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicar tentang bagaiman tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman, jadi prosess belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelu kegiatan belajar mengajar seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan keinginan/tujuan yang ingin dicapai (Snelbeker, 1974 dalam Toeti, 1992:10).

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu nproses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorog anak didik melakukan proses belajar (Nana Sudjana, 1991:29).

Dalam kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar, guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajr dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai stratigi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal dan terkontrol (Arief Sukadi, 1984:8).

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction, menurut Gagne, Brigs, Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang di rancang untuk memungkinkan terjadinya proses beklajar pada siswa. Intruction Is A Set Of Events That Affect Learners In Such A Way That Learning Is Facilitated (Gagne, Brigs, Wager, 1992:3).

2. Jenis-jenis belajar

Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi dengan diri siswa, gagne mengemukakan delapan jenis belajar (Paulina Panel, 2000:13) diantaranya:

a) Belajar isyarat (Signal Learning)

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tiadak melakuakan sesuatu karaena adanya tanda atau isyarat.

b) Belajar stimulus – respon (Stimulus – Respon Learning)

Belajar stimulus respon terjadi pada diri sendiri individu karena adanya rangsangan dari luar

c) Belajar rangkai (Chairing Learning)

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon (S – R)

d) Belajar asosiasi verbal (Verbal Association Learning)

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasan atau pengalaman yang luas dan mencoba membedakan hal-hal yang jumlahnya banyak

3. factor-faktor yang mempengaruhi belajar

prinsip prinsip belajar yang hanya memberikan petunjuk umum tentang belajar, tetapi prinsip itu tidak dapat di jadikan hokum belajar yang mutlak, karena itu belajar yang efektif sangat diengaruhi oleh beberapa factor (Oemar Hamalik, 2001:32), diantaranya:

a) factor kegiatan, pengguanan, dan ulangan

b) belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan revieuving agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan peljaran yang belum dikuasai dapat dikuasai dengan mudah

c) belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa meras berhasil dan mendapatkan kepuasan

d) siswa yang belajar pewrlu mengetahu apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya

e) factor kesiapan belajar

f) factor minat dan usaha

g) factor fisiologis

Menurut suryabrata (1989:192), factor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3 yaitu: 1). Factor dari dalam, 2). Factor dari luar, 3). Factor instrument.

B. Media pembelajaran

1) Pengertian media

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjanghidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya iteraksi antara seorang guru dengan lingkungannya (Azhar Arsyadi, 2003:1).

Untuk itu guru harus memilki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran (Hamalik, 1994:6), yaitu: 1). Media sebagai alat komunikasi, 2). Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidik, 3). Seluk beluk proses belajar, 4). Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikana, 5). Nilai dan manfaat media pendidikan, 6). Pengguanan dan pemilihan media pendidikan.

Secara harfiah kata media memiliki arti ”perantara” atau “pengantar”. Association for education and communication teknologi (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi, sedangkan education association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat di manipulasi, dilihat, didengar, dbaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Ansnawi Dan Basyirudin, 2002:14).

Kata media berasal dari bahasa medius yang secar harfiah berarti “tengah, perantara, Pengantaar” dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengahantar pesan dan pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2003:3).

Menurut Gerlanch dan Ely (1971), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atan sikap.

Menurut Fleming (1987:234), kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut tampil dalam dua pihak yang mendamaikannya, dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau peranya yaitu mengatur hubungan yang efektif anatar dua pihak uatam dalam proses belajar-siswa dan isi pengajaran.

Heinich, dkk (1982), mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengahntarkan informasi antar sumber dan penerima seperti televise, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeks, bahan-bahan cetakan dan seterusnya adalah media komunikasi.

Hamidjojo dalam Latuhem (1993), yang memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan, pendapat, sehingga ide,gagasan dan pendapat yang dikemukakan sampai pada peerima yang dituju.

Kit Lay Bourne (1832), mengatakan bahwa:penggunaan media tidak harus membawa bungkusan berita-berita semua, semua siswa dapat mengawasiu sesuatu yang beriontasi, Arief sudirman (1984:6), mengatakan bahwa media adalah segala alat yang fisik yang dapat disajikan dalam pesan serta merangsang siswa untukbelajar seperti film, buku, dan kaset. R.E Clark (1996:62), mengukakpkan bahwa The Of Media To Encourage Student To Invest More Offord In Hearing Has Along History.

Menurut soeparmo (1984:8), menyebutkan ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a) Ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita pakai didalam proses belajar mengajar

b) Ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi

c) Ada perbedaan karakteristik setiap media

d) Ada erbedaan pemakai media

e) Ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan

2) Fungsi dan manfaat media

Dalam suatu belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran, kedua aspek inin sangat berkaitan. Pemilhan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilh media antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa dikuasai setelah pengajaran berlangun dan korteksm pembelajaran termasuk karakteristik siswa (Azhar Arsyad, 2001:15).

Hamalik (1986), mengemukkan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baik, memotivasi dan rangsangan kegiatan belalajr dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Leviee dan Lentz (1982), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: a). fungsi atensi, b). fungsi afektif, c). fungsi kognitif, d). fungsi kompenstasion.

Media pemblajaran menurut Kemp dan Dayton (1985:28), dapat memenuhi tiga fugsi utama apabila media itu digunakan untuk peroranagan, kelompok, kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:1). Memotivasi, 2). Menyajikan informasi, 3). Memberi instruksi.

Encyclopedia Of Education Research dalam Hamalik (1994:15), merinci manfaat media sebagai berikut:

a) Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir

b) Memperbesar perhatian siswa

c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar

d) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa

Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi bagi guru dan murid. Bagi guru media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu guru dalam mempermudah menyerderhanakan dan mempercepat berlangsungnya proses belajar mengajar, menyajikan informasi, merancang lingkungan informasi dan keterampilan secara sistematik sesuai dengan tingkat kemampuan da alokasi waktu, sedangkan bagi siswa media pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat bantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya (JICA-IMSTEP, 2003).

Beberapa kriteria dalam pemilihan media agar informasi dari sumber dapat disampiakan dan diterima baik pleh penerima yaitu: 1) disesuaikan dengan TPK (tujuan pembelajaran khusus), 2) disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, 3) disesuaikan dengan kondisi sekolah, 4) mutu dari media dan serta efesien dan efektifitasnya, adapun prinsip-prinsip yang mendasari dalam penggunaan media yaitu: 1) amalisis karakteristik siswa atau disesuaikan dengan jenjang pendidikan, 2) dengan media harus dapat memberikan kemudahan bagi siswa (memperjela, mengamati secara langsung dengan lebih detail)yang sedang belajar, 3) dapat memecahkan masalah, 4) menyesuaikan dengan kondisi sekolah meliputi dana, fasilitas, teknisi dan lain-lain (Suryaningsih M, 2002).

3) Media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan penggunaannya

Media penagajaran merupakan komponen instruksioan yang meliputi pesan, orang dan peralatan dalam perkenbangannya, media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi (Azhar Arsyad, 2001:29).

Pengguanan media pembelajaran yang berbasai TIK merupakan hal yang tidak mudah, dalam mengguanakan media ersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat di manfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah nedia komputer dan LCD Proyektor (Arief Sadiman, 1996:83).

Komputer sebagai salah satu produk teknologi mutahir yang serba bisa dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengajarkan konsep-komsep biologi, terutama konsep-konsep biologi yang memerlukan penjelasam suara dan gerak sekaligus, dimana hal ini dimungkinkan dengan mngguanakan media komputer sebagai mediapandang dengar atau audio visual aisd. Program-program komputer dengan segala kelebihannya dapat digunakan oleh guru atau pendidik untuk menciptaka suatu pembelajaran yang baik dan dirancang semenarik mungkin, salah satu program komputer yang memiliki fasilitas untuk membuat animasi, menjyajikan gambar, menyajikan tukisan dan dapat dipersentasikan adalah power point (JICA-IMSTEP, 2003).

Guru sebagai manajer, fasitator, mediator, dan katalisator daam proses belajar mengajarharus bisa memliki media apa yang sebaiknya digunakan dalam mengajar suatu materi pelajara. Pemilihan media harusnya dapat mengguanakan pemahaman mengenai sains dan teknologi dalam lingkungan alam dan sosial (Nordstrum, 1991 dalam Carin, 1993).

a. Komputer sebagai media pembelajar

Komputer adalah mesin yang dirancang khususuntuk memanipulasi informasi yang diberi kode,mesin elektronik yang otomatis melakuakan perhitungan sederhana dan rumit, salah satunya adalah komputer, dewasa ini komputer memiliki kemampuan untuk mengabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan laina seperti CD player, video tape, dan audio tape, disamping itu komputer dapat merekam, menaganalisis dan memberikan reaksi kepada respons yang input oleh pemakai atau siswa (Azhar Arsyad, 2003:52).

Dewasa ini komputer juga memiliki fungsi yamg berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama komputer managed instruction (CMI), ada pula pera komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatanya meliputi pemyajian informasi isi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya yang sering dikemal dengan computer assisted intruction (CAI) (Azhar Arsyad, 2003:93).

Bentuk pengajaran ini melengkap pengajaran kelas yang sedang berlangsung, dalam hal mana siswa memperoleh informasi dan keterampilan serta menerima bantu an langsung, ada emapat bentuk jenis perangkat lunak pengajaran dan bantuan komputer (Hamalik, 2001:237) yaitu: 1). Latihan dan praktek, 2). Tutorial, 3). Simulasi, 4) pengajaran dengan intruksi komuter (komputer manager instruction).

b. Kelebihan komputer

Heinick dkk, (1986) mengemukakan sejumlah kelebihan dan juga kelemahan yang ada pada medium komputer, aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar memberikan keuntungan bagi siswa dalam belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditayangkan, serta penggunaan komputer dalam proses belajar membuta siswa dapat melakuakan konyrol terhadap aktifitas belajar

Keuntungan alian dari pengguna komputer dalam proses belajar dapat meningkatkan hasil belajar dengan pengguanaan waktu dan biaya yang relatif kecil, contoh yang tepat untuk ini adalah progran komputer simulasi untuk melakaukan percobaan pada pelajaran biologi, penggunaan program simulasi dapat menggurangi biaya bahan dan peralatan (Benny A dan Titasita, 2002:11-12).

c. Kekurangan komputer

Benny A dan Tita (2000), komputer sebagai sarana komunikasi interaktif memiliki beberapa kelemahan diantaranya:

1) Tingginya biaya pegadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran

2) Pegadaan, pemilihan dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (Hadware) dan perangkat lunak (Software)memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi

Menurut (Azhar Arsyad, 2003:54), ada beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu:

1) Komputer dapat mengakomodasikan siswa yang lambat menerima pelajaran

2) Komputer dapat merengsang siswa mengerjakan latihan

3) Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuiakan dengan tingkat penguasaanya

Dan kekurangan dalam komputer diantaranya:

1) Harga perangkat keras komputer cenderung semakin menurun, pengembangan perangkat lunak relatif semakin mahal

2) Untuk mengunakan komputer di perlukan pengetahuan dan keterampilan khusus tentang komputer

3) Keragaman model komputer sering menyebabkan program (software) yang tersedia untuk satu model tidak cocok (kompatibel) dengan model lainnya.

C. Pembelajaran berbasis computer (ICT)

Microsoft Powerpoint 2000

Powerpoint adalah progrm aplikasi komputer berbasis windows yang memiliki fasilitas lengkap seperti tabel, grafik, drawing, anim asi,suara, dan lain-lain yang dapt dipersentasikan dan dirancang untuj membantu bekerja lebih efektif, dan efisien (Yulia L, 1999:24).

Microsoft Powerpoint 2000 adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office. Jadi pada waktu penginstalan program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer seperti dikemukakan oleh Lee.

Keuntungan lain dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrograman. Dengan ikon yang dikenal dan pengoprasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer dapat dikurangi yaitu hanbatan pengetahuan tehnis dan teori. Pengajar atau ahli bahasa dapat membuat sebuah program pembelajaran bahasa tanpa harus belajar bahasa komputer terlebih dahulu.

Meskipun program aplikasi ini sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi namun fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa. Program yang dihasilkanpun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet.

a) Memasukkan Teks, Gambar, Suara dan Video

Fasilitas yang penting dari program apliokasi ini adalah fasilitas untuk menampilkan teks. Dengan fasilitas ini pembuat program bisa menampilkan berbagai teks untuk berbagai keperluan misalnya untuk pembelajaran menulis, membaca atau pembelajaran yang lain.

Cara memasukan teks ke dalam program aplikasi ini cukuip sederhana. Sesudah pemakai menghidupkan komputer dan masuk program Power point 2000 dan sesudah memilih jenis tampilan layar maka pemakai dapat menekan menu insert sesudah itu akan muncul berbagai pilihan. Salah satu pilihan itu adalah insert textbox. Tekan menu ini dan akan muncul kotak teks di dalam tampilan presentasi. Langkah berikutnya adalah mengkopi teks yang ingin dimasukkan dan kemudian menempelkannya (paste) pada kotak yang tersedia. Apabila tidak ingin mengkopi bisa juga menulis langsung dalan kotak teks yang sudah tersedia.

Untuk memasukan gambar langkahnyapun sama dengan cara memasukkan teks. Pertama tekan menu insert sesudah itu pilih menu insert picture. Sesudah menu ini dipilih akan muncul dua pilihan from file ... dan from clip art... Apabila pemrogram ingin memasukkan gambar dari file maka tekan pilihan pertama dan apabila ingin memakai gambar dari clip art yang sudah ada di komputer maka tekan pilihan yang kedua.

Suara dan video merupakan dua fasilitas yang disediakan oleh Microsoft Powerpoint 2000 yang sangat mendukung pemrograman pembelajaran bahasa. Untuk memasukkan video tekan menu insert dan selanjutnya tekan menu movies and sounds. Maka akan muncul dua pilihan untuk masing-masing. Untuk suara (sounds) akan muncul sounds from file dan sounds from Gallery demikian pula untuk movies akan muncul pilihan Movies from file atau Movies from Gallery. Pemrogram tinggal memilih jenis file yang akan dimasukkan.

b) Membuat tampilan menarik

Tampilan yang manarik akan meningkatkan minat dan motivasi pembelajar untuk menjalankan program. Ada beberapa fasilitas yang disediakan untuk membuat tampilan menarik. Fasilitas yang pertama adalah background. Background akan memperindah tampilan program. Ada beberapa jenis background yang ditawarkan, yang pertama adalah dengan memberi warna, yang kedua dengan memberi tekstur dan yang ketiga adalah memasang gambar dari file sendiri.

Langkah pemasangan background adalah dengan menekan menu format dan kemudian menekan menu background. Sesudah itu akan muncul pilihan background fill, more color dan fill effects. Apabila pemrogram ingin memilih warna yang sudah ada maka tekan apply, apabila ingin memilih warna sendiri tekan more color, pilih warna dan tekan apply, dan apabila ingin memberi tekstur atau gambar sendiri maka tekan fill effects, pilih tekstur atau gambar dan tekan apply.

Fasilitas lain yang akan membuat tampilan lebih menarik adalah fasilitas animasi. Dengan fasilitas ini gambar-gambar dan teks akan muncul ke layar dengan cara tampil yang bervariasi. Fasilitas animasi ini memungkinkan gambar atau objek lain tampil dari arah yang berbeda atau dengan cara yang berbeda. Objek bisa melayang dari atas, bawah, kanan, kiri, atau dari sudut. Objek juga bisa muncul dari tengah atau dari pinggir. Dengan sedikit kreatifitas fasilitas ini bisa menghasilkan language games yang menarik.

Pembuatan animasi dimulai dengan memilih objek yang akan dibuat animasi dengan cara mengklik objek itu. Sesudah itu pilih menu Slide Show dan kemudian memilih menu Custom Animation. Sesudah menekan menu itu akan muncul berbagai pilihan diantaranya order and timing untuk mengatur urutan dan waktu tampil ke layar dan juga pilihan effects untuk mengatur efek yang diinginkan.

c) Membuat Hyperlink

Fasilitas ini sangat penting dan sangat mendukung pembelajaran karena dengan hyperlink program bisa terhubung ke program lain atau ke jaringan internet. Hyperlink atau hubungan dalam satu program akan memungkinkan programer memberikan umpan balik secara langsung terhadap proses pembelajaran. Hubungan dengan program lain akan memperkaya fasilitas yang mendukung pembelajaran dan hubungan dengan internet akan membuka berbagai kemungkinan pembelajaran yang lebih luas, pribadi dan otentik.

Langkah pembuatan hyuperlink adalah dengan memilih objek yang akan kita link ke program lain atau internet. Sesudah kita memilih objek kita mengklik menu insert dan kemudian mengklik menu hyperlink maka akan muncul dialog box dan kemudian kita menuliskan alamat yang dituju misalnya sebuah file atau sebuah situs web dan kemudian mengklik OK maka objek itu akan tersambung ke alamat yang ditulis. Cara yang kedua adalah melalui menu slide show dan kemudian menekan action settings, sesudah itu akan muncul dialog box. Dengan mengisikan alamat dan mengklik OK maka objek akan tersambung ke alamat yang diinginkan.

Fasilitas-fasilitas diatas adalah fasilitas utama dalam pengembangan materi pembelajaran bahasa dengan Microsoft Powerpoint 2000. Fasilitas yang lain adalah fasilitas tambahan untuk membuat tampilan program lebih menarik dan mudah digunakan.

d) Membuat Permainan

Fasilitas-fasilitas yang ada diatas juga sangat mendukung pengembangan bahan pembelajaran yang berupa permainan. Permainan yang ketrampilan yang menyerupai hangman atau mine sweep dapat dikembangkan dengan program aplikasi ini demikian pula permainan yang mengandalkan kecepatan.

Tiap-tiap permainan yang dibuat tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Permainan penyapu ranjau (mine sweep) misalnya dapat dipakai untuk memfasilitasi pembelajaran kosa kata, sistem verba bahasa Indonesia atau pembelajaran kata depan.

e) Keterbatasan Program

Selain keunggulan yang telah dikemukakan program aplikasi ini mempunyai beberapa keterbatasan. Keterbatasan utamanya ialah pembelajar tidak bisa berinteraksi langsung untuk menuliskan komentar ataupun menjawab pertanyaan yang ada. Fasilitas yang ada hanya memfasilitasi tanggapan dalam bentuk pilihan.

Namun dengan keterbatasan ini program ini tetap menawarkan fasilitas yang cukup untuk membuat sebuah program pembelajaran bahasa dengan mudah dengan hasil yang menarik. Selamat mencoba.

D. Hasil Belajar

Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan siswa yang membawa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2003: 37) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, maka jelas bahwa tujuan belajar itu pada prinsipnya sama yaitu perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya.

Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur objektif atau unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah. Unsur objektif inilah yang tampak, sedangkan unsur subjektifnya tidak tampak kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu. Misalnya seseorang yang sedang berpikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang berpikir, sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak.

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar tidak hanya diukur dari aspek kognitif saja, melainkan juga harus memperhatikan aspek afektif dan psikomotornya.

Hasil proses pembelajaran ialah perubahan perilaku individu. Individu akan memperolah perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari dan sebagainya. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, konatif dan motorik.

Lindgren (1958) dalam Muhammad Surya (17 :1999) menyatakan bahwa isi pembelajaran terdiri atas : kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Benyamin Bloom (1956) menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Yang harus diingat ialah bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja (Muhammad Surya (17 :1999)).

Merujuk pernyataan di atas, bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja. Pembelajaran belum dikatakan lengkap apabila hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek saja. Misal hasil belajar siswa baru berupa hafalan, maka ia belum mencakup seluruh perilaku lainnya. Jadi seorang anak dikatakan telah belajar Biologi, maka ia akan berubah perilakunya dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu guru hendaknya memperhatikan perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah proses pembelajaran

Adapun teori belajar terdapat tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu sebagai berikut :

1. Teori Disiplin Mental

2. Teori Behaviorisme

3. Teori Cognitive Gestalt-Filed

Teori disiplin mental merupakan pengembangan teori alamiah (natural unfoldment) atau "self actualization", dan teori apersepsi. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah "filosofis atau apekulatif". Teori disiplin mental (Plato, Aristoteles) menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih.

Teori Behaviorisme merupakan teori yang sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanistik, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan pentingnya latihan (Syaodih Sukmadinata, 2003 : 168 dalam Saiful Sagala2006:43)

Teori Cognitive Gestalt-Filed memandang bahwa yang utama pada kehidupan manusia mengetahui (knowing) dan bukan respons. Artinya lebih menekankan pada pemahaman atau "insight" dan pengamatan sebagai suatu alternatif. Berkat pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Suatu keseluruhan terdiri atas begian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Munculnya istilah “classroom action research” atau penelitian tindakan kelas (PTK) sebenanya diawali dari istilah “action research” atau penelitian tindakan. Secara umum,”action research” digunakan untuk menemukan pemecahan perma- salahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari di mana pun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain. Dengan demikian para peneliti “action research” tidak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat digunakan secara umum atau general. Hasil ”action research” hanya terbatas pada kepentingan penelitinya sendiri, yaitu agar dapat melaksanakan tugas di tempat kerjanya sehari-hari dengan lebih baik.

Dari sini jelaslah bahwa dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode, dan praktiknya, ”action research” dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah mikro yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Dikatakan bersifat partisipatif karena “action research” dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penentuan topik, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporannya. Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan “action research” (khususnya dalam pengamatannya) juga dapat melibatkan teman sejawat. Walaupun bersifat mikro, ”action research” berbeda dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasus yang terdapat pada “action research” tidaklah unik sebagaimana keunikan yang terdapat pada studi kasus. Namun, keduanya mempunyai kesamaan, yaitu peneliti tidak berharap hasil penelitiannya akan dapat digeneralisasikan atau berlaku secara umum. Sebab, sejak awal, kedua penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian tersebut, PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas maupun disekolah.

III. metode penelitian

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian

  1. rencana pelaksanaan

sumber data diperoleh dari dua cara yaitu sebgai berikut:

    1. studi pustaka yaitu, sumber data yang diambil dari buku-buku yang relevcan dengan keperluana penelitian
    2. studi empirik, yaitu sumber data yang diperoleh dari tempat penelitian dalam hal ini yaitu SMP Wahidin Cirebon
  1. metode penelitian

Metode pelaksanaan penelitian ini mengikuti prinsip kerja classroom Action Research (penelitian tindaksn kelas atau PTK). Pelaksanaan PTK melalui proses pengkajiaan berdaur, yaitu terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan kelas, obser vasi dan refleksi (Wardani, 2001:2-3).

Adapun bagan siklus penelitian sebagai berikut :

Bagan 2 siklus penelitian

Bagan ini meliputi asumsi awal (semi penelitian ), subjek penelitian, temapt penelitian, waktu penelitian, dan lama penelitian.

1) Asumsi penelitian

Pengalaman mengajar guru PPL pada mata pelajaran bologi di kelas VIII D SMP Wahidin ini adalah selam 3 bulan cukup menjadi semi penelitian pada paradigma PTK ini. Temuan semi penelitian ini (pengalam) tersebut menunjukkan bahwa aktifitas belajr siswa yang mengikuti mata pelajaran biologi dikelass sangat kuramg. Salah satu diantaranya dapat dilihat dari pemerolehan nilai ulangan siswa. Salah satunya adalah kurang penerapan belajar dengan menggunakan berbagai model pembelajaran dan media pembelajaran dan sistem penilaian yang belum mengungkap hakikat belajar biologi secara utuh.

2) Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII d SMP Wahidin Cirebon berjumlah 38 siswa yang diajar oleh guru PPL STAIN Cirebon

Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitian tersebut dimana siswa kelas XI telah memiliki kemampuan keterampilan,namun siswa masih terlihat pasif,sehingga perlu adanya pengembangan keterampilan tersebut sesuai dengan jurusannya yaitu IPA,maka keterampilan proses sains perlu ditingkatkan, selain itu juga pengajar dikelas tersebut ketika PPL.

3) Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Wahidin Kota Cirebon. penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan telah mempunyai pengalaman mengajar disekolah tersebut,dan mengenal dengan baik guru-guru disekolah tersebut khususnya guru biologi, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

4) Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 2 bulan februari sampai dengan maret. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2008-2009.

5) Lama Tindakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan februari, mulai dari Siklus I dan Siklus II

3. prosedur penelitian

prosedur penelitian ini meliputi perencanaa, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

a) Perencanaan tindakan

Berdasarkan asumsi awal dari pengalam PPL, jika untuk meningkatkan hasil belajr siswa dalam proses belajar mengajare, maka direncanakan model pembelajaran dengan pendekatan KPS yakni dengan mengguanakan media Powerpoint untuk mengukur tingkat pemehaman siswa dalam pokok bahasan sistem pernapasan. ,kemudian untuk mengungkapkan hakikat KD yang diharapkan yakni pemahaman konsep dan keterampilan observasi, kalsifikasi, dan komunikasi. Untuk mengetahui kemampuan keterampilan observasi, kalsifikasi dan komunikasi, hasil kerja siswa yang telah diperiksa dikembalikan kepada siswa lagi.

b) Pelaksanaan penelitian

Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adlaha implementasi rencana yang dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai berikut:

1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media powerpoint dengan metode ceramah artinya pembelajaran dilakukan didalam kelas yakni dilingkungan sekitar sekolah.

2) Meminta tanggapan siswa baik secara lisan maupun secar tertulis tentang penggunaan media powerpoint

3) Menganalisis dan mengevaluasi tanggapan siswa bersam guru PPL.

4) Menganalisis validitas dengan guru mata pelajaran pada saat pengukuran tugas dalam setiap pertemuan

5) Selajutnya, dilakukan diskusi antara siswa dengan peneliti tentang pengguanaan media powerpoint.

c) Observasi

Selama pelaksanaan tindakan, dilaksanakan pencatatan dengan menggunakan daftar observasi (on task and off task). Untuk memudahkan pelaksanaanya, maka peneliti tidak mengajar tetapi mengambil posisi tempat duduk paling belakang dan ikut ke lapangan dengan tanpa sdepengetyahuan siswa mengisi daftar observasi yang telah disiapkan dan merekam kegiatanya.

d) Refleksi

Rangakian kegiatan berupa perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi yang dilaksanakan melahirkan refleksi yang berkaitan dengan penelitian ini, guna perbaiakan pertemuan selanjutnya atau siklus berikutnya.

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :

1) SIKLUS 1

Tahap Perencanaan (Planning) :

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menganalisis dan merumuskan masalah

3.Merancang pembelajaran dangan menggunakan media powerpoint

5. Membuat rancangan indikator keberhasilan

6. Mendiskusikan penerapan pengguanaan media powerpoint

7. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir)

8. Menyusun perencanaan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan komputer sebagai media dalam pembelajaran

Tahap Melakukan Tindakan (Action) :

1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan

2. Menerapkan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran powerpoint

3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana

4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan

5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan

Tahap Mengamati (observasi) :

1. Melakukan diskusi dengan guru SMP dan Kepala Sekolah untuk rencana observasi

2. Melakukan pengamatan pembelajaran pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan media powerppint

3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerpaan media powerponit tersebut berlangsung saat proses belajar mengajar

4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya

Tahap Refleksi, (Reflection),Meliputi:

1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan pendekatan keterampilan proses dan mempertimbangkan langkah selanjutnya

3. Melakukan refleksi terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses

4. Melakukan refleksi terhadap penggunaan media powerpoint

5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa

2) SIKLUS II

Tahapan pada Siklus II meliputi:

Tahap Perencanaan (Planning),yaitu:

1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran

3. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I

Tahap Melakukan Tindakan (Action)

1. Melakukan analisis pemecahan masalah

2. Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan model pembelajaran talking stick

Tahap Mengamati (observation)

1. Melakukan pengamatan terhadap penggunaan media powerpoint

2. Mencatat perubahan yang terjadi

3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan feed back

Tahap Refleksi (Reflection)

1. Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan media powerponit

2. Merefleksi hasil belajar siswa terhadap penggunaan media powerponit

3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian

c. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis S, MC Toggar R (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara mahasiswa STAIN jurusan TARBIYAH prodi IPA-Biologi dengan guru-guru mata pelajaran biologi SMP Wahidin Cirebon.

IV. teknik analisis data

Untuk lebih menjamin keakuratan data penelitian dilakukan perekaman data dalam video. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses validasi oleh teman sejawat dan kepala sekolah. Untuk keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran digunakan observasi dan angket serta perolehan hasil belajar siswa digunakan deskripsi kuantitatif

1) Sumber data : siswa

2) Jenis data: data kualitatif meliputi data kemampuan keterampilan proses sains, seperti keterampilan observasi, mengklasifikasikan,serta menemukan persamaan dan perbedaan materi yang dikaji, dikelompokan pada empat kategori: kurang mahir, cukup mahir ,mahir dan sangat mahir. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa

3) Cara pengambilan data

a. Data kualitas keterampilan proses sains siswa dalam kegiatan observasi,mengklasifikasikan,serta penemuan persamaan dan perbedaan,dengan lembar observasi 1.

b. Data jumlah dan kualitas diperoleh dengan lembar observasi 2

c. data hasil belajar siswa diperoleh dengan hasil belajar siswa pada awal ( pre test ) dan akhir belajar ( post test ) satu pokok bahasan.

4) Indikator Keberhasilan

a. Kualitas keterampilan proses sains siswa dalam observasi ,mengklasifikasikan,serta penemuan persamaan dan perbedaan, lebih 60 % memiliki kategori mahir

b. Lebih dari 60 % siswa mempunyai keterampilan proses sains yang baik

c. Kualitas keterampilan proses sains, mampu observasi dengan baik, mengumpulkan data yang akurat dan sistematik,mampu mendeskripsikan persamaan dan perbedaannya.

5) Instrumen penilaian

penilaian dengan menggunakan assessment rubrik holistik

Assessment Keterampilan Proses Sains

Jenjang pendidikan: SMA

Kelas : X

Semester : II

Pokok bahasan : Tumbuhan

Kompetensi dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di Bumi

Indikator : Mengamati tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji, Menggambar struktur tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan spermatophyta, Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji

skor

Observasi

Mengklasifikasikan

Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan

4

Respon Mampu serius,aktif fokus dalammengamati objek,dan sistematis sesuai prosedur pengamatan, serta cermat mem buatcatatan pengamatan, data yang dikumpulkan lengkap disertai deskriptif yang jelas dan disertai gambar.

Respon Mampu Mendeskripsikan pengelompokan dengan lugas dan tepat baik berupa tulisan maupun pengucapan langsung, sesuai dengan yang diminta. Serta didasari dengan dasar pengelompokan yang tepat,menggunakan bahasa ilmiah yang baik

Respon Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dengan tepat,spesifik, serta mampu mendeskripsikan secara mendasar mengenai persamaan dan perbedaan tersebut, baik dalam penggunaan kata-kata ilmiah.

3

Respon aktif dalam melakukan pengamatan ,data yang dikumpulkan lengkap, tidak ada penjelasan deskriptifnya

Respon mendeskripsikan pengelompokan dengan dasar yang jelas,tidak lancar dalam menggunakan bahasa ilmiahnya

Respon spesifik dalam mendeskripsikan persamaan dan perbedaan, penggunaan kata-kata ilmiah yang kurang sesuai

2

Respon melakukan pengamatan dengan fokus tanpa mengumpulkan data yang kurang lengkap,

Respon mendeskripsikan pengelompokan dengan tidak lancar atau sedikit melebar pembahasannya

Respon kurang lengkap dalam mendeskripsikan persamaan dan perbedaan

1

Respon mengamati objek, tidak mengumpulkan data hasil pengamatan

Respon mengelompokan dengan konsep yang salah

Respon membuat persamaan dan perbedaan yang tidak sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 1991. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yamin, Martinis. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Rustaman, Nuryani. 1996. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Fakultas MIPA.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompeten; karakteristik dan Implementas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Sudjana, Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kurdi, Syuaed, dkk. 2006. Model Pembelajaran Efektif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Ali, Muhammad. 2002. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Komputer. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pratiwi. 2006. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zainal, Aqib. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

L. Silberman, Melvin. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.